"Apa kau sungguh ingin pergi?"
Bukannya menuju parkiran, Lucas justru menuntun Kun ke salah satu sudut beranda rumah Jeffrey.
Menghadap ke sebuah kolam renang mini, dengan teras kayu kecil berbahan kayu yang terlihat manis.
Kun sempat mengamatinya sebentar, sebelum pandangannya terhalang total oleh tubuh Lucas yang menjulang tinggi di hadapannya.
Kun belum menyadari, kalau Lucas sudah mengukung tubuhnya dengan tembok di belakangnya.
Terlambat jika Kun ingin menghindar. Serangkaian rasa tak nyaman yang menyeruak dari hatinya terpaksa harus ditelan kembali.
Toh, ia sudah terlanjur mengikuti Lucas hingga kemari, tak ada gunanya lagi menghindar dan menyembunyikan perasaannya.
Bukankah pria ini juga sudah mengutarakan perasaannya secara gamblang?
"Sebenarnya aku tidak ingin pergi,"
Pelan Lucas berkata, seraya jemarinya bergerak menyusuri tepian wajah Kun dengan gerakan lembut.
Mata tajamnya, yang ketika Kun perhatikan ternyata bukan berwarna hitam tapi coklat pekat dengan sekilas warna keemasan di bagian tengahnya, menatap Kun dengan intens. Seakan Kun adalah mahakarya yang baru pertama kali dilihatnya.
"Apa urusanmu kali ini ada hubungannya dengan kakakku?"
Kun berusaha tetap fokus. Untuk tidak tergoda sentuhan lihai nan lembut Lucas pada kulitnya.
Pergerakan jemari panjang itu sangatlah pandai. Dengan sebentar saja, Kun sudah berdesir dibuatnya.
Mati-matian Kun menahan aliran darah yang hendak naik ke wajahnya. Tapi sepertinya, ia tetap merona. Apalagi, ketika Lucas menyentuh sedikit rambut di dekat telinganya.
Sentuhannya berhenti tepat di bawah telinganya, menyusur perlahan menuju tengkuknya.
Kun yang merasa tak tahan hanya bisa menundukkan wajahnya.
Ia mengutuk dalam hati. Kenapa hanya saat bersamanya saja Lucas bisa bersikap seliar ini?
"Sudah sangat lama aku tidak bertemu dengannya," sentuhan itu lambat-laun menekan tengkuknya untuk naik.
"Tapi kalau kau ingin aku menemui kakakmu aku bisa mengatur alasannya," Lucas membelai pipi Kun dengan perlahan.
Sedikit menyentuh sudut bibirnya. Dan satu kecupan mendarat sempurna di sana.
Kun menahan nafasnya. Sebab terlalu terkejut dengan godaan mendadak.
Dan saat kecupan itu terlepas, bersamaan dengan bunyi kecapan yang samar Lucas menatap wajahnya yang merah merona.
"Kau cantik, Kun."
Senyuman teduh, Lucas berikan pada Kun yang masih terbata dan tersipu.
Tapi seolah godaan itu belum cukup, Lucas kembali menyatukan kedua tangan mereka kedalam genggaman hangat lalu memutarnya dengan perlahan.
Digenggamnya jemari, sebelum kembali membubuhinya dengan ciuman ringan.
Kun benar-benar terperdaya oleh pesonanya. Sentuhan penuh cinta tak terelakkan kenikmatannya.
Hingga ketika Lucas mengangkat sebelah tangannya yang terkepal dan menunjukan sebuah gelang perak berhiaskan sebelah sayap yang cantik, barulah ia tersadar dan kembali pada kenyataan.
Kun menatap gelang itu dengan tatapan terpukau.
Jelas sekali menunjukkan betapa ia langsung jatuh hati pada keindahan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCK AND WIN [✓]
FanfictionDamai dan indahnya kehidupan Kun tiba-tiba hancur, karena sang kakak yakni Taeyong yang bersikeras mengungkapkan kebenaran bahwa Kun bukanlah anak kandung keluarga Eliezer. Seolah singgasananya direnggut paksa Kun nyaris tak bisa bertahan melawan ke...