Lucas Dominic terpaksa menelan kekecewaan.
Saat salah satu karyawan Regular Kitchen menyebutkan bahwa seseorang yang di carinya tak ada disana.
Dengan wajah sedatar tembok, dan mulut selicin porselen ia menyuruh Lucas untuk pergi atau menitipkan saja bingkisan itu padanya.
Lancangnya lagi. Ia berkata kalau Lucas tidak mempunyai pilihan lain selain dua opsi di atas.
Lucas mengerang frustasi. Jengkel tak terkira. Ia tidak ingin memilih kedua opsi tersebut, lantaran keduanya tak cukup meyakinkan.
Walau sangat kecil sekali kemungkinan bingkisannya tidak tersampaikan, nyatanya Lucas tidak bisa mempercayai orang ini.
Status sebagai karyawan saja tidak cukup untuk membuatnya yakin.
Dan kalau untuk memlih meninggalkan tempat ini tanpa hasil, Lucas lebih tidak mau lagi.
Bagaimana pesan dan permohonan maaf adiknya bisa tersampaikan kalau dirinya saja gagal menemui Kun.
Sedangkan, saat Lucas meminta alamat rumah Kun saja dia di tolak. Dengan alasan, bahwa orang luar di larang mengetahui alamat atasannya karena alasan keamanan.
Maka dari itu, karena tak memiliki pilihan dan harapan lagi, Lucas memutuskan untuk mengeluarkan jurus andalannya.
Selembar kartu nama lengkap dengan nomor telepon ia pasrahkan kepada si karyawan demi bisa mendapatkan alamat rumah Kun.
Dan inilah hasilnya.
Sebuah rumah besar di pinggir laut, dengan pemandangan hutan pinus yang melambai nun jauh disana. Dengan pagar hidup berupa jajaran pohon cemara.
Oke. Apa yang ada di hadapannya sangat jauh dari ekspetasi.
Lucas berpikir, si Kun ini pastilah bukan berasal dari keluarga sembarangan. Sengaja melupakan eksistensi—Doyoung—kakaknya yang merupakan artis terkenal incaran adiknya.
Lucas mendengus geli; Hey! Mana ada orang miskin punya rumah bergaya sinting begini? Memadukan unsur laut, dan hutan dalam satu hunian sekaligus.
Analisanya mengatakan, kalau cuma artis biasa, ukuran rumah ini terlalu mewah. Terkecuali jika mereka adalah anak orang terpandang.
Batinnya lalu terpikir. Ternyata bukan cuma ayahnya yang menggilai kemewahan dan kesempurnaan. Di atas ayahnya, masih ada saja orang yang lebih perfeksionis.
Lucas merasakan satu kecurigaan. Mengenai asal-usul, juga latar belakang mereka.
Karena ia merasakan suatu atmosfer yang tak asing, bahkan saat kakinya baru memasuki halamannya saja.
Ia pernah merasakan udara seperti ini. Kuat dan berkuasa. Tapi dimana? Ia tidak dapat mengingatnya.
Rasa tidak asing ini harus segera ia pecahkan. Lucas benci terjebak berlama-lama dalam rasa ingin tahu. Ia selalu bernafsu, menguak segala fakta juga rahasia yang tersembunyi.
***
Satu tekanan pada bel. Bunyinya menggema menegangkan.
Lucas berdiri angkuh dan apik di hadapan pintu kayu ganda berukiran kuno.
Harum aroma minyak Cendana, memenuhi penciuman Lucas.
Tersenyum. Pintu di hadapannya pasti sengaja di olesi minyak, sebagai aromaterapi.
Lucas menghirupnya dalam.
Mari kita lihat...
Pintu itu berbunyi tajam. Ada sebuah tangan yang membukanya dengan begitu perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCK AND WIN [✓]
FanfictionDamai dan indahnya kehidupan Kun tiba-tiba hancur, karena sang kakak yakni Taeyong yang bersikeras mengungkapkan kebenaran bahwa Kun bukanlah anak kandung keluarga Eliezer. Seolah singgasananya direnggut paksa Kun nyaris tak bisa bertahan melawan ke...