92

348 26 28
                                    

Adalah masa liburan dambaan. Di mana perancangnya adalah si kakak 'kesayangan'. Mari beri sedikit petikan tanda kutip dalam kata terakhir. Lupakan sedikit sifatnya yang penuh gengsi. Sekarang mari cintai dia sepenuh hati.

Itu kalau kalian ingin tahu isi otak adik-adiknya yang bertolak belakang dengan hati. Mereka menggenggam musim panas yang menyilaukan. Menggembirakan sebab semulanya mereka berencana pergi ke Miami. Tapi, si kakak pertama malah mengacaukan segala ekspetasi.

Mengharuskan para adik untuk bangun lebih pagi. Menjamah satu mobil untuk ditumpangi bersama-sama. Percis sekumpulan anak remaja nakal yang diam-diam ingin pergi menonton drama.

Melupakan sedikit fakta kalau mereka sudah ada yang punya. Sekarang mereka menikmati peran. Jiwa muda tak pernah habis termakan zaman. Kalau hari ini kau harus jadi remaja, maka lakukan saja.

"Aku menghabiskan satu setengah jam untuk menunggumu keluar dari ruang operasi. Mengharapkan adegan dramatis di mana kau berdarah-darah dan sekarat lalu hampir mati, siapa sangka malah mendapatimu tersenyum sinis karena mendapatkan dokter bedah yang tampannya haki-ow! Ten jangan menyalip truk, bodoh!"

Mengulas senyum nakal. Si pelaku justru tampak kegirangan. Menurunkan sedikit kecepatan. Tikungan tajam menantang di depan, mendebarkan hati setiap orang. Sumpah. Mereka seperti sedang berada dalam balapan liar sungguhan.

"Mood yang bagus mempengaruhi imunitas tubuh. Aku percaya bahwa ketampanan dokter itu jadi penyebab kenapa dia begitu senang pergi terapi dan operasi. Seakan di sana kau bisa berdansa dan bernyanyi. Padahal sesungguhnya itu lapak pertaruhan nyawa. Nyalimu bagus juga ya, Tae? Dan Young, tolong berhentilah berteriak dan mengomel. Kupingku panas setiap hari kau ceramahi."

"Salahmu sendiri yang menye-oh sialan! Awasi truknya bodoh!"

Menyeringai puas. Ten dengan sengaja menambahkan kecepatan. Berbelok tajam melewati sebuah pertokoan. Bendera-bendera wilayah mulai terlihat, pertanda mereka sudah mulai dekat dengan lokasi tujuan. Liburan mendebarkan, bayang-bayangnya seakan terlihat di pelupuk mata.

Kecepatan penuh, untuk melewati sebuah persimpangan. Ia bersorak diikuti seruan Kun dan Taeyong yang duduk nyaman di belakang. Sengaja mengabaikan pekikan stress Doyoung yang memucat di tempat.

"Oh Tuhanku ... siapa yang mengira kau lebih sinting daripada aku saat mengemu-di depan lampu merah, aku tak mau tanggung jawab kalau kau sampai melanggar peraturan!"

Medelik. Adiknya menurut. Sekarang mereka terjebak dalam lampu merah yang selambat siput. "Setidaknya meskipun aku senang mengebut, aku masih taat peraturan. Kau sungguh kurang ajar. Beraninya mengancam nyawaku yang berharga. Dan sumpah, Kun aku bertanya padamu. Bagaimana bisa kau jadi senang dengan pemicu adrenalin seperti tadi. Padahal dulu, kau begitu manis dan polos. Tuhanku, aku kehilangan satu adikku yang manis, huhuhu ...."

Penjiwaan peran. Doyoung mengusap air mata tak berwujud di pipinya. Padahal wajahnya jelas menunjukkan kepalsuan belaka. Sedang si adik mulai terusik dari zona nyamannya. Mendelik tak terkira pada kakaknya yang tak tahu diri.

"Dan kau harus mengingat bahwa kau adalah satu-satunya orang mengebut taat peraturan yang pernah menorehkan sejarah kecelakaan. Aku tidak akan mengingatkanmu kalau aku juga jadi korbannya. Tapi tolong mengertilah juga, bagaimana bisa aku tetap jadi polos dan manis kalau setiap harinya aku harus dihadapkan pada seorang pangeran mesum yang sayangnya terlalu menggoda untuk dilewatkan. Dua tahun menikah. Dan aku sudah terbiasa merasakan sensasi jantung berdebar saat ia menaikkan kecepatan,"

LUCK AND WIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang