Jika hati diperbolehkan untuk jujur. Di sini, di momen ini. Ada insan yang hampir menggigil dalam kegugupan, untuk bersanding dengannya.
Semua mata yang datang menyaksikan. Terasa menggetarkan hati. Hanya untuk sesaat lagi, semuanya akan segera dipersembahkan untuk sang terkasih.
Mereka takkan tahu, manis pahitnya suara hati menuju titik ini. Tak akan ada yang mengerti. Seperih apa mereka meniti langkah. Menyulam romansa di tengah kemelut badai yang suram.
Sekarang, semua pandangan tertuju padanya. Menatap dalam kemilau haru dan kebahagiaan. Tak ada lagi yang dapat dibebankan hati. Teramat lega jiwanya dalam permohonan kepada sang pemilik hati, meminta keabadian dalam lukis kisah barunya.
Esok semuanya tak lagi sama. Lembaran baru telah dimulai. Kesetiaan menapaki janji hingga menua di senja hari.
Sebuah penantian panjang menuju sumpah setia. Ada air mata mengalir dalam haru bahagia. Bersumpahlah untuk menjaga, agar hati tak kecewa mempercayakan.
Harapan tertinggi dalam kisah cinta. Cukup berikan satu janji, lukiskan bahagia dan tiadakan duka dari hidupnya. Seiring hati yang merelakan, genggaman yang dahulu begitu ia lindungi akan segera berpindah kuasanya.
Sebuah tugas hampir terselesaikan. Sesak mengiringi langkahnya menuntaskan kewajiban.
Pergilah, dan bukalah kisah baru yang membahagiakan. Tak usah pedulikan lara di ujung kenangan, ada kerelaan asalkan tangis tak lagi terdengar.
"Berjanjilah untuk membahagiakannya."
Hentakan halus. Angin mengabadikan ketakutannya, sekuat tameng tercipta. Ia tetaplah seorang kakak yang terlalu menyayangi adik kecilnya.
"Sekarang tugasku berpindah padamu,"
Suatu kenyataan yang tak pernah disangka. Ketika musuh bebuyutanmu mengambil bagian terpenting dalam hidupmu. Johnny Eliezer berdiri, memperhatikan sang adik ipar yang menatap yakin padanya. Menegaskan kesanggupan menepati ucapannya.
"Janjiku tidak kubuat untuk diingkari. Takkan mungkin aku berani mengucapkan sumpahku di hadapan Tuhan, jika hanya berniat untuk mengkhianati,"
Ada duka tertahan dalam matanya. Sorot arogan itu kini tiada lagi, berganti dengan keteduhan akan tangis bahagia. Lucas Dominic terlihat berbeda dari biasanya. Aura kegagahan yang lembut, terasa menyejukkan hati.
"Kuterima tugasmu. Sekarang, yakinlah padaku."
Tersenyum dalam tetesan duka yang tak bisa berdusta. Mengenai isi hati, dan rasa kagum pada keberaniannya. Tersentuh sudah ketakutan dalam batin, kala keyakinan melingkupi rapuhnya dengan lembut.
Terima kasih tak hentinya diucapkan hati, pada Tuhan yang setia mengabulkan segala jerit dan kesakitan batin. Tergambar sudah kelegaannya dalam sebuah pelukan hangat. Lucas, kehilangan kata ketika Johnny memeluknya, seolah itu adalah bukti bahwa mereka telah jadi keluarga.
Sekarang, tinggal satu hal lagi. Kepada altar yang siap bersaksi, akan ia dampingi adiknya mengukir kisah baru, bersama sumpah seorang pangeran yang akan melukiskan pelangi di hidupnya.
Maka, akan ia tuntun langkah itu menuju peraduannya.
***
Kini berganti.
Tugas seorang kakak memang tak pernah ada batasannya. Menghapus jejak percakapan antar hati. Dibawa langkahnya kini, menuju sang adik untuk dicium terakhir kali sebelum ia jadi milik yang lain.
Kesibukan sudah mulai berkurang. Dalam ruangan itu, persiapan sudah sepenuhnya rampung. Menyisakan adiknya, yang gugup sendirian menatap cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCK AND WIN [✓]
FanfictionDamai dan indahnya kehidupan Kun tiba-tiba hancur, karena sang kakak yakni Taeyong yang bersikeras mengungkapkan kebenaran bahwa Kun bukanlah anak kandung keluarga Eliezer. Seolah singgasananya direnggut paksa Kun nyaris tak bisa bertahan melawan ke...