"Senang berkompetisi dengamu, Tuan Dominic."
Lucas tersenyum. Sangat bersahabat. Seolah perkenalan menyeramkan tadi tidak pernah ada.
Kun? Kebingungan di tempatnya.
Bersamaan dengan jabatan tangan mereka yang terlepas, Jeffrey dan Doyoung muncul dari arah dapur.
Dan sumpah. Kun malu sekali saat pasangan baku hantam itu menganga lebar menatap mereka dengan tatapan penuh keterkejutan. Ia tertunduk. Karena bukan tidak mungkin kalau dua orang itu mendengar keributan yang terjadi dengan mereka sedari tadi.
"Lucas, sejak kapan kau sampai?"
Jeffrey lah yang pertama kali sadar pada kenyataan. Ia membulatkan matanya, bergantian menatap Lucas, Kun, dan Sicheng dengan kerutan jelas pada dahi.
"Belum terlalu lama. Aku bahkan belum duduk," jawabnya sambil mengangkat bahu.
"Ku pikir, keributan tadi bukan berasal dari kalian." Itu Doyoung dengan wajah pucatnya saat melihat Kun yang sedang tertunduk lesu.
Dengan nampan di tangannya, ia menghampiri Kun. Tapi belum juga dirinya sampai, Lucas lebih dulu menahannya. Sengaja mengabaikan kehadiran Sicheng di sana.
"Tunggu, apa itu wiski?"
Doyoung mengangguk. "Iya, ini untuk adikku. Dia memintanya tadi. Apa kau mau kuambilkan juga?"
Doyoung mengalihkan pandangan pada Jeffrey yang masih mematung di tempat. Dan saat menyadarinya, Jeffrey buru-buru berkata.
"Oh maaf... pilihanmu berbatas pada anggur putih dan merah. Itu jika kau tidak ingin wiski."
Lucas menggeleng. "Tidak-tidak. Ini bukan soal keinginanku. Aku hanya membutuhkan segelas air putih."
Doyoung mengernyit. Tampaknya ia belum menyadari keadaan sepenuhnya. "Kau yakin?"
"Teramat sangat. Ada seseorang yang membutuhkannya," Lucas menyentuh pipi Kun. Menghapus jejak air matanya dengan ibu jari. Sentuhan penuh ketelitian dan kehati-hatian. Seolah Kun adalah perhiasan rapuh.
Doyoung yang sadar dengan perlakuan Lucas. Terhenyak dan khawatir melihatnya.
"Kun," hampir ia menghampiri Kun namun ditepis kembali oleh Lucas.
Dominasi protektif.
"Kau bisa menyerahkan ini padaku. Ambilkan saja air putihnya, dan berikan wiski itu pada pria di sampingmu."
Mengikuti tatapan Lucas, Doyoung melirik Sicheng yang ternyata berada tepat di sebelahnya.
"Baiklah. Tunggu sebentar."
Cepat Doyoung melangkah, berlalu kembali kedalam dapur, diikuti lagi oleh Jeffrey yang tampak canggung dengan atmosfer di sekitarnya.
Sicheng masih dengan wajah datarnya. Menatap sengit pada Lucas yang tampak bebas menyentuh Kun yang terlihat nyaman tanpa protes sedikitpun.
Lucas balas menatapnya. Ia mengerutkan dahi kala menyadari itu.
Tapi, Lucas lebih senang untuk kembali mengacuhkannya dengan lanjut menghapuskan sisa jejak air mata di wajah putih Kun.
Sangat meresapinya. Sangat menikmatinya.
Sicheng sendiri terus memperhatikannya dalam diam.
Tak lama, Doyoung kembali masih dengan ekspresi khawatir di wajahnya. Dia memberikan air itu langsung pada Kun dan duduk di sisinya.
Sadar dengan suasana sentimental ini, Jeffrey memutuskan untuk mencairkan suasana.
"Yakin kau tidak ingin apapun?" Si tuan rumah menghampiri Lucas dengan senyuman khasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCK AND WIN [✓]
FanfictionDamai dan indahnya kehidupan Kun tiba-tiba hancur, karena sang kakak yakni Taeyong yang bersikeras mengungkapkan kebenaran bahwa Kun bukanlah anak kandung keluarga Eliezer. Seolah singgasananya direnggut paksa Kun nyaris tak bisa bertahan melawan ke...