51

264 37 14
                                    

Jika tahu keadaannya akan seperti ini. Mungkin Kun akan menolak ajakan Sicheng dari awal.

Alih-alih membawanya pulang menuju rumah, Sicheng justru membelokkan motornya jauh dari jalur utama.

Kun tahu kemana arah tujuan Sicheng akan membawanya, tapi ia masih belum memahami alasan apa yang di miliki pria ini.

Sesuai janjinya di awal, Sicheng melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Mereka membelah malam, mengelilingi kota dengan deretan gedung tinggi yang berkilau indah.

Kun sempat terbius dengan keindahan yang di berikan Sicheng untuknya.

Walau tanpa kata, ia tahu bahwa sesungguhnya pria ini sedang mencoba membahagiakannya.

Dulu, Sicheng pernah berjanji akan membawa Kun mengelilingi kota sambil melihat pemandangan malam.

Dan sekarang pria itu menepati janjinya. Walau dengan ikatan yang telah terpisah.

Beribu rasa akan kenangannya bersama Sicheng bergulung memenuhi hatinya.

Semua kenangan itu berjajar rapi, mengingatkan Kun kembali pada rindu yang telah terkubur.

Sicheng benar-benar tidak membiarkannya pergi dengan berusaha menariknya kembali pada cerita indah mereka dahulu.

Kun. Tergulung beribu rasa. Karenanya, ia kembali teringat pada satu hal mustahil yang sering ia tanyakan pada dirinya sendiri.

Tak akankah semuanya terulang lagi?

Kun mengangkat wajahnya, mengalihkan pandangan pada gedung yang menjulang tinggi mencegah air matanya untuk tidak menetes.

Langit berhiaskan sedikit bintang. Terlihat sangat cerah. Dan itu bertolak belakang dengan hatinya.

                                       ***

"KAU MAU MEMBAWAKU KEMANA, HUH?"

Kun berteriak kencang. Saat ia menyadari niatan terselubung Sicheng yang malah membawanya kian menjauh dari arah yang seharusnya.

Jika tadi mereka masih berkeliling menikmati panorama malam di perkotaan, kini justru Sicheng membelokkan motornya ke satu arah yang daerahnya terasa asing dan tidak bisa Kun kenali.

Kalau hanya berkeliling di kota, Kun masih bisa bernafas tenang. Tapi saat Sicheng memutar arah motornya menuju sebuah jalanan yang makin sepi, Kun mulai panik dan ketakutan.

Ia tidak bisa diam saja. Jika sampai pria ini berniat melakukan sesuatu yang buruk padanya, Kun tidak akan terima dan memaafkannya.

Lihat saja.

Sadar dengan kepanikan Kun, Sicheng balas berteriak. "AKU AKAN MEMBAWAMU PERGI!"

Sicheng terkekeh setelahnya. Entahlah Kun menyadarinya atau tidak. Tapi, jika di tilik dari pelukannya yang mendadak sedikit melemas sudah dapat di pastikan kalau Kun ketakutan karenanya.

"KAU SUDAH GILA YA?!" Kun memaki. Jelas ia kesal karena di permainkan.

"IYA! AKU GILA KARENAMU! MAKA DARI ITU AKU INGIN MEMBUAT KENANGAN TERAKHIR!"

Sicheng berteriak jujur. Memang ia hampir gila karena Kun meninggalkannya. Memang pula ia ingin membuat satu kenangan terakhir sebelum mereka benar-benar terpisah.

Sebelum ia benar-benar melepaskan.

Setidaknya agar Sicheng masih mempunyai satu hal terindah yang bisa membuat hatinya tetap bertahan hidup setelah Kun tidak lagi di sisinya.

LUCK AND WIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang