"Hai love,"
Tersenyum ia mendengarnya. Ada panggilan baru yang membuatnya jatuh hati. Sudah sering sekali Kun mendengar, namun kali ini ia dibuat berdebar. Merona ia di kejauhan, oleh sebab itu ia tak mau buru-buru melangkah mendekat. Takut, ia akan tenggelam tak berdaya dalam kebahagiaan.
"Kemarilah," lambaian lembut itu bagaikan undangan untuknya berlari ke dalam pelukan.
Di bawah sinar purnama, Lucas menariknya posesif. Kedua tangan melingkari pinggang, menariknya kedalam kehangatan. Ciuman tak terelakan, kala jarak tak lagi bertahta. Kun menyusuri dada bidang itu dengan kedua tangannya, merasakan bagaimana kokohnya dada itu jika ia bersandar di sana.
Lumatan demi lumatan mereka bagi dengan sesuka hati. Ada dua insan yang dimabuk asmara. Saling berusaha keras membuktikan cinta mereka dengan segala perbuatan.
Perlahan mereka menyusuri segalanya. Nikmatnya candu setitik demi setitik mulai mereka rasakan. Mereka mencinta di tengah kemelut dunia. Mereka jatuh hati di tengah badai kesedihan. Mereka menikmati di tengah kegelisahan dalam hati.
Lucas melepaskan pagutannya setelah cukup lama. Diusapkannya jemari pada bibir yang memerah. Menghilangkan segala jejak nafsu, selagi mata menikmati wajah tercinta yang merona malu.
"Aku mencintaimu Kun. Kuharap kau tahu itu."
Kedua kening mereka menyatu. Tatapan ketulusan cinta mengunci segala keraguan dalam hati. Kun merasakan setitik haru mendampingi kelegaan sanubari.
"Jangan sembarangan mengikrarkan cinta. Aku sedang tak ingin menelan harapan."
Penegasan tentang sebuah kesungguhan. Seorang pengungkap rasa seharusnya memahami. Bahwa terkadang hati dapat meragu kala terluka perih.
"Aku tak berminat membuatmu terluka."
Tarikan itu menyentaknya lagi. Kali ini lebih keras seolah tengah berusaha membuktikan. Ada gerakan tangan yang tak kuasa dicegah. Kun hampir merintih ketika sentuhan dingin itu menyusuri tulang punggungnya. Menyisakan jejak dingin di atas kulitnya yang sehalus sutera.
Hampir ia kehilangan akal saat Lucas mulai melesakkan lidahnya dan bermain-main di dalam sana. Rongga mulutnya tak terhindarkan dari jamahan liarnya. Kun hanya mampu menggenggam erat pada sepasang lengan kekar yang melindungi tubuhnya dari sapuan angin malam.
Sedikit lebih lama dari serangan pertama. Ketika itu berakhir, Kun bahkan tak merasa yakin bisa berjalan tegap tanpa memerlukan bantuan. Tubuhnya sekarang lemas tanpa tenaga.
Lucas menaklukannya dengan keji. Terlalu keras membuktikan dirinya sebagai pemain lihai.
"Kau lihat bukan bagaimana aku menginginkanmu."
Erat Lucas memeluk tubuhnya. Hingga jarak tak lagi jadi penghalang. Deru nafas saling menyapu, meredakan gelenyar gairah yang hampir meledak.
Seolah sepasang mata itu menjadi poros dunia barunya, sekalipun tak pernah Lucas berpaling. Keagungan pada netra itu kini lenyap. Berganti melembut seiring dengan satu kecupan pada bibir.
Kun terpejam sekilas. Sebelum kembali menatap pada pangerannya yang baru mengucapkan cinta. Tak ia dapati kebohongan di sana, sirnalah sudah segala keraguan dalam hatinya, pun di dalam riak tatapan itu tak ada yang lain lagi. Seolah hanya dirinya sajalah yang terlukis.
Tak butuh waktu lama bagi hatinya untuk meyakini bahwa Tuhan telah menuliskan takdirnya. Teramat baik hati, karena Tuhan telah mengirimkan hadiah surganya dalam waktu yang sangat cepat.
Dalam tangis yang tertahan, diraihnya wajah sang terkasih. Sapuan lembut dari kedua tangannya, selagi tatapan cinta tak pernah terhenti.
Mengalir perlahan. Disamarkan angin malam. Kun meyakinkan hatinya. Sekarang, hidupnya memiliki tujuan baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCK AND WIN [✓]
FanfictionDamai dan indahnya kehidupan Kun tiba-tiba hancur, karena sang kakak yakni Taeyong yang bersikeras mengungkapkan kebenaran bahwa Kun bukanlah anak kandung keluarga Eliezer. Seolah singgasananya direnggut paksa Kun nyaris tak bisa bertahan melawan ke...