77

146 33 7
                                    

Selama sepekan ini, suasana terasa sendu.

Entah karena pernikahan Ten yang semakin dekat, serta-merta diiringi dengan meningkatnya segala kesibukan untuk persiapan, atau karena pengaruh emosional dirinya yang akan segera angkat kaki dari rumah ini—itu kalau Lucas cepat melamarnya.

Yang jelas, ketika Senin bertahta dengan kesombongannya, sampai berlanjut terus ke hari Kamis, sekonyong-konyong semuanya berubah menjadi manis saat otaknya mencetuskan ide brilian, guna mencegah luka jiwanya meradang lagi.

Tidak ada filosofi khusus tentang si hari Kamis, tapi Kun sungguh terkagum. Ketika ia pikir, ia bisa bersantai tanpa harus peduli soal penampilan, gengsi, masalah keluarga, dan sebagainya. Di dek, ia menunggu semilir angin menggoda kulitnya yang terbuka, bersama kacamata hitamnya, dalam rangka berjemur melepas penat.

Iya. Kun penat setelah berhari-hari melamun tak tentu arah di atas kasurnya. Memikirkan hal rancu, sampai ia rasa kondisi kulitnya sedikit menurun, dan butuh asupan nutrisi dari sinar matahari.

Tapi, sekarang nutrisinya harus terhalang oleh kehadiran Doyoung yang tahu-tahu sudah berdiri di depannya, membuat Kun mendecak sebal dan silau oleh perubahan cahaya yang mengejutkan.

"Oh, ayolah Young! Aku sedang ingin berjemur. Jangan menggangguku," rengekannya terdengar menyedihkan sekaligus menyebalkan.

"Andai saja pangeran Dominic mempan dengan godaanku. Maka, aku takkan perlu repot-repot berkeliling untuk mencarimu yang ternyata sedang berjemur mesra," ia bahkan tak segan untuk menendang kaki dari kursi santai yang ditempati oleh Kun, "cepat turun atau kusikat habis dirimu."

Menghela nafas. Selain karena memang sangat mustahil ia akan mencampakkan Lucas, kekasihnya. Ancaman Doyoung tadi pun, nampak tidak main-main.

Membenarkan kancing bawah kemeja tipisnya, Kun memastikan Lucas tidak bisa melihat perutnya yang terekspos bebas saat mereka bersitatap nanti. Akan gawat bila pria itu tak mampu menahan diri untuk tidak menggodanya, di saat rumah sedang dalam keadaan formasi lengkap.

Menggunakan lagi sandal rumahnya. Ia siap meluncur. Tapi, sebelum benar-benar menemui sang pujaan hati, saat hendak berbelok menuju ruang keluarga, ia menemukan Johnny di sana. Bersandar pada pintu. Menatapnya dari ujung kepala hingga kaki.

Seketika Kun merasa ada yang salah dengan penampilannya. "Ada apa, John?"

Si kakak menatapnya penuh selidik. Dengan alis bertaut ia menunjuk perut adiknya, "yakinkan aku kalau kau takkan menggunakan baju panas ini ke bawah. Singa lapar itu pasti langsung menerkam perutmu hidup-hidup."

Oh tidak. Kun melirik ke arah yang di maksud. Tepat di mana perut bawahnya yang putih sedikit tersingkap di balik bajunya yang transparan.

Tersenyum kikuk. Kun merasa perlu menggantinya sekarang. Meskipun, ia sebenarnya ingin tahu bagaimana reaksi Lucas jika melihatnya dalam penampilan seperti ini.

"Baiklah. Kau kakak overprotektif yang paling merepotkan. Aku ke kamar dulu, kau bisa temani Lucas lagi di bawah." Ucapnya sambil melenggang pergi.

"Dasar anak muda," Johnny bergumam sendiri. Tak mau lagi pusing memikirkan segala resiko serangan jantung dini akibat melihat adik kesayangannya bercumbu panas di rumah.

Selagi Kun berjalan pelan, melewati ruang penyekat antara kamar-kamar para Eliezer ia hampir menghentikan langkahnya saat mendengar bunyi derap langkah menaiki tangga.

Kun berdiri menunggu. Memastikan itu bukan Sicheng atau Taeyong. Karena untuk saat ini dua orang itu adalah yang paling Kun hindari.

Tapi sampai sekitar lima menit Kun habiskan dalam ketegangan, justru bukan tatapan dingin, atau memelas yang muncul. Melainkan, senyuman setengah seringai dari kekasihnya yang berjalan angkuh penuh perhitungan.

LUCK AND WIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang