“Sampai hati awak.”
Aku membuka kelopak mata sedikit demi sedikit bila suara itu kedengaran di telinga. Wajah kemerahan milik Jungkook adalah perkara pertama yang aku lihat, dia sedang menangis. Dan disebabkan mulut aku dimasukkan dengan satu hos yang aku tidak jelas apa fungsinya, aku tidak boleh bersuara. Tidak dapat bertanya, tidak dapat berbicara dengan Jungkook.
Hanya mata yang menatapnya.
Jungkook mengetap bibirnya yang terlihat bergemetaran sementara tangan dia gerakkan untuk mengusap kepala aku dengan lembut dan perlahan.
“Sampai hati awak belakangkan saya. Sampai hati awak buat keputusan berat itu bersendirian. Apa sudah jadi dengan kita? Bukankah kita sudah berjanji akan lalui semuanya bersama? Kenapa awak mahu menanggungnya bersendirian?”
Tanpa dipinta air mata sudah jatuh mengalir, berasa diselubungi dengan rasa bersalah. Aku buat Jungkook risau, padahal dia juga tidak berapa baik keadaannya. Melihatkan wajah dia yang sudah sedikit cekung, aku dapat meneka yang dia tidak menjalani rawatannya dengan baik. Mungkin dia terlalu menumpukan perhatian pada aku. Aku mahu bersuara, namun terbatas, jadi aku hanya menggelengkan kepala memberi isyarat yang aku akan baik-baik saja.
“Sayang. . I can't bear to lose you. Don't leave me, not yet. When that time have come, we'll walk together. Promise me.”
Saya akan cuba bertahan, demi awak, Jungkook.
“Bertahan, sayang.”
*****
YOU ARE READING
Eternal Love ✔
FanfictionETERNAL LOVE \ J.JUNGKOOK ❝I love you baby, more than what you think. I prefer to cry with you than laughing with the others, because even i cried, i'm happy. If you asked me, how many times did you appeared in my mind, i only answer 'one time'-beca...