11.BOO SEUNGKWAN

3.1K 220 1
                                        

Aku termenung memandang Boo Seungkwan, suamiku, yang tengah asyik bermain dengan putra kami, Suhwan, yang baru berusia 2 tahun. Senyum tipis terukir di bibirku melihat interaksi mereka. Mereka benar-benar mirip, seperti anak kembar yang tak terpisahkan. Tingkah laku mereka, cara mereka tersenyum, bahkan cara mereka makan pun persis sama.

"Eomma! Aku mau jus jeluk yang dingin!" Suara cempreng Suhwan membuyarkan lamunanku. Bocah laki-laki itu menghampiriku dengan mata berbinar.

"Araseo, eomma akan mengambilkannya, tapi tidak yang dingin, ya," jawabku, beranjak dari dudukku.

"Tapi aku mau yang dingin, eommaaa," rengeknya, menarik-narik ujung bajuku.

"Kenapa? Ada apa yang Suhwan inginkan?" Suara Seungkwan terdengar. Ia beranjak dari tempatnya dan menghampiri kami.

"Aku mau jus jeluk dingin, Appa!" Suhwan merengek lagi, kali ini dengan mata yang mulai memerah, siap menumpahkan air mata.

"Kau dengar anakmu itu ingin minum jus dingin? Aku tak akan memberikannya. Jika ia terkena flu, siapa yang susah?" Aku melipat kedua tanganku di dada, menatap Seungkwan dengan tatapan menantang.

Seungkwan mendongak sejenak untuk menatapku, lalu beralih menatap Suhwan di hadapannya. "Benar apa yang Eomma-mu katakan, kau tak boleh minum yang dingin. Bagaimana jika kau terkena flu? Eomma dan Appa akan sedih, terutama appa karena appa takkan bisa bermain lagi denganmu." Nada suaranya lembut, mencoba membujuk Suhwan.

Aku bisa melihat Suhwan sedang menahan air matanya agar tidak keluar. Sambil mengambil jus jeruk, aku menghela napas. "Sudahlah, dia tak akan mau mendengarkan. Persis sepertimu, Boo Seungkwan, yang selalu tak mau mendengar perkataanku jika sudah dilarang. Ini, jus yang kau mau, tapi jangan salah kan Eomma jika kau akan disuntik Kihyun samcheon." Aku sengaja menyebut nama Kihyun Oppa yang seorang Dokter, berharap itu bisa menakuti Suhwan.

Yah, anak bernama Suhwan ini adalah putraku, dan pria yang sedang berlutut di hadapan Suhwan adalah suami ku, Boo Seungkwan. Kami menikah 3 tahun lalu. Enam bulan setelah pernikahan, aku mengandung Suhwan, yang menambah kebahagiaan keluarga kecil kami. Awalnya, aku tak menyangka bisa menikah dengan Seungkwan, yang notabene adalah seniorku sekaligus teman curhatku.

Aku memang dekat dengannya karena kami bertetangga. Dulu, aku bahkan menyukai temannya yang bernama Kino, pria populer di sekolahku. Sudah tampan, kapten tim basket, dan ia juga ketua OSIS di sekolah ku waktu itu. Siapa yang tidak menyukainya? Aku selalu menitipkan surat dan cokelat pada Seungkwan untuk ia berikan pada Kino.

Tapi, semenjak aku mengetahui bahwa Kino sudah punya kekasih di sekolah lain, aku berhenti menitipkan surat dan cokelat pada Seungkwan. Aku berpikir, untuk apa mengharapkan yang sudah memiliki kekasih? Jadi, aku mencoba melupakannya. Dan saat berhasil melupakannya, tiba-tiba Seungkwan datang dengan beraninya. Ia bilang ia menyukaiku sejak lama, semenjak ia dan keluarganya pindah di samping rumahku. Aku cukup terkejut dengan pernyataannya, tapi setelah aku memikirkannya, akhirnya aku menerimanya. Kami berkencan cukup lama dan akhirnya kami menikah.

Akhirnya, pertahanan Suhwan runtuh. Ia memeluk kakiku, terisak. "Aku tidak mau disuntik, Eomma... hiks..."

Aku yang melihat Suhwan menangis menjadi tidak tega. Sambil melepaskan pelukannya di kaki, aku berlutut di hadapannya dan mengusap pipinya. "Sudah, tak usah menangis. Hari ini eomma izinkan Suhwan minum jus dingin. Nah, minumlah." Aku menyerahkan gelas jus jeruk yang sudah ada di tanganku.

Suhwan menggelengkan kepalanya dan malah memelukku lagi. "Wae?" tanyaku bingung.

"Aku tidak mau, eomma. Nanti aku disuntik samcheon Kihyun," rengeknya.

SEVENTEEN IMAGINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang