1 tahun kemudian...
Ini sudah satu tahun berlalu. Aku dan Seungcheol bahkan sudah menikah saat ini, keadaanku juga tidak lagi sama seperti dulu. Aku sangat bahagia bisa memiliki Seungcheol sebagai suamiku, dan Eomonim serta Abeoji sebagai mertuaku. Mereka sangat menerima dan menyayangiku, membuatku merasa benar-benar menjadi bagian dari keluarga ini.
Seperti saat ini, aku tengah sibuk memasak di dapur bersama Eomonim, menyiapkan makan malam untuk kami, dibantu oleh Son Ahjumma. Aroma masakan yang menguar memenuhi dapur menciptakan suasana hangat dan akrab.
"(Y/n)-ya! Eomma! Apa kalian masih lama? Rasanya aku sudah tidak bisa menahan rasa lapar ku lagi," ucap Seungcheol, suamiku, dengan nada merajuk. Ia berjalan mendekatiku, melingkarkan lengannya di pinggangku, dan meletakkan dagunya di bahuku. Kehadirannya yang tiba-tiba membuatku sedikit terkejut namun juga tersenyum.
"Lihat, Ahjumma, dia sudah menikah tapi kelakuannya masih seperti anak kecil," kata Eomma sambil tersenyum geli, melirik Seungcheol yang masih memelukku erat.
Aku yang mendengarnya hanya tersenyum hangat, begitu juga dengan Son Ahjumma yang terkikik pelan. Rasanya hatiku selalu menghangat setiap kali melihat interaksi mereka.
"Apa kau sudah sangat lapar sampai seperti ini?" tanyaku lembut padanya, mengelus lengannya yang melingkar di pinggangku.
"Hmm, apa kau bisa mempercepat prosesnya?" jawabnya, mengeratkan pelukannya, seolah mencoba mendesak ku.
"Bagaimana istrimu bisa mempercepat proses memasaknya jika kau saja memeluknya seperti itu, Seungcheol?" Eomma menegur sambil memukul pelan lengan Seungcheol yang ada di belakangku.
"Ah, Eomma, kenapa Eomma terus mengomentari tingkah laku ku ini. Lebih baik Eomma fokus dengan masakan yang Eomma buat," balas Seungcheol tak mau kalah, nadanya terdengar seperti anak kecil yang sedang merajuk.
Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku dan tersenyum geli mendengar percakapan Eomonim dan Seungcheol yang selalu penuh canda.
"Cih, dasar anak ini," ucap Eomonim, pura-pura kesal namun senyum di wajahnya tidak bisa disembunyikan.
Aku hanya diam, kembali fokus dengan apa yang sedang ku kerjakan, mengiris sayuran dengan hati-hati. Hingga telunjuk jariku tak sengaja teriris pisau yang tajam. Sontak itu membuatku meringis kesakitan.
"Akh!" ringis ku, sambil refleks melempar pisau yang kupegang tadi. Darah merah segar langsung mengucur dari lukaku.
"Gwaenchanayo?!" ucap Seungcheol panik. Ia langsung menarik tanganku, mengabaikan omelan Eomma sebelumnya, dan dengan cepat mengelap darahnya dengan tisu dapur. Wajahnya terlihat sangat khawatir.
"Omo, kau baik-baik saja? Lihat, karena ulahmu (Y/n) terluka!" ucap Eomonim, menatap tajam ke arah Seungcheol, kekhawatiran jelas terpancar di matanya.
"Mianhae, karena aku mengganggu mu," ucap Seungcheol, menatapku dengan tatapan menyesal. Tangannya masih memegang erat jariku yang terluka.
"Gwaenchanha, ini bukan salahmu. Aku saja yang tidak hati-hati tadi," jawabku mencoba menenangkan, sambil tersenyum tipis, meskipun rasa nyeri masih terasa.
"Seungcheol, sebaiknya kau obati lukanya," Eomonim berbicara sambil mengusap lengan Seungcheol, "Lukanya cukup dalam."
"Ne, Eomma. Ayo, kita harus obati luka mu," ia berbicara sambil merangkulku, menuntunku keluar dari dapur dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
RandomSeventeen x you disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng.. bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu.. Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
