POV Jun..
Akhirnya kelas berakhir. Aku langsung beranjak dan hendak pergi ke kelas selanjutnya, tetapi langkahku terhenti. Aku menoleh ke belakang dan mendapati dua gadis tersenyum ke arahku.
"Jun, fokus sekarang bukan hanya kalian berdua yang mengerjakan tugas ini. Setidaknya ada Minji dan Changkyun juga," gumamku dalam hati, menenangkan pikiranku.
"Jun, kau ada kelas lagi? Bisa sebentar ke sini? Kami ingin bicara sebentar saja," ucap Changkyun sambil mendekat.
Aku hanya mengangguk dan berjalan menghampiri mereka.
"Baiklah, kita akan mengerjakan tugas ini di mana?" tanya (y/n).
"Di rumahku, akhir pekan ini bagaimana?" Aku berbicara sambil menatap mereka.
"Aku tidak masalah, bagaimana dengan kalian?" ucap Changkyun sambil menatap (y/n) dan Minji.
"Aku juga tidak masalah, tidak tahu dengan (y/n)," sahut Minji.
"Aku juga tidak masalah, tapi mungkin aku akan sedikit terlambat datang nanti," ucap (y/n) sambil tersenyum.
"Jangan bilang kamu masih mengambil kerja paruh waktu di akhir pekan juga?" tanya Changkyun.
Aku mengerjapkan mataku saat mendengar perkataan Changkyun.
Kerja paruh waktu? Bukankah dia dari keluarga yang mampu? Kenapa juga dia harus bekerja paruh waktu seperti itu? batinku.
"Tentu saja, aku mendapatkan gaji yang cukup besar dari kerja paruh waktu ini," jawab (y/n) sambil tersenyum lebar.
"Dasar gadis matre, isi otakmu itu hanya ada uang dan Woozi," ucap Changkyun kesal.
"Biarkan saja! Oh, aku duluan ya, kelas ku akan dimulai beberapa menit lagi. Hubungi aku saja nanti jam berapa kita berkumpul di rumah Jun," teriak (y/n) sambil berlari menjauh.
"Cih, dasar gadis bodoh," gumam Minji sambil beranjak pergi.
"Iya, hati-hati. Aku juga duluan, Jun," ucap Changkyun sambil menepuk bahuku.
"Changkyun, tunggu," aku menahan Changkyun agar tidak pergi dulu.
"Wae? Ah, kau ingin bertanya tentang (y/n) padaku, kan?"
Aku tersenyum malu dan mengangguk.
"Apa kau ingin bertanya kenapa dia mengambil kerja paruh waktu?"
"Iya, kenapa dia repot-repot bekerja?"
"Dengar, Jun. Sepupu ku itu memang seperti itu, dia tidak ingin selalu bergantung pada uang dari kedua orang tuanya. Jadi, dia mengambil banyak pekerjaan paruh waktu untuk menghasilkan uang demi biayai hidup nya bersama Dongsaeng-nya," jelas Changkyun padaku.
"(Y/n) benar-benar mandiri," ucapku sambil tersenyum.
"Aigoo, lihat sahabatku ini. Sebegitu sukanya kau dengan sepupuku itu. Lalu kenapa kau tidak menyatakan perasaan mu itu, Jun?"
"Kamu gila? Sepupumu itu sudah punya kekasih, mana mungkin aku mau merusaknya, dasar bodoh!" ucapku sambil memukul kepalanya.
Ia hanya tersenyum padaku.
"Sudahlah, aku pergi dulu. Aku masih ada kelas hari ini," ucapku sambil berjalan pergi.
Ya, Changkyun ini adalah sahabatku sekaligus sepupu (y/n). Dia memang tahu jika aku menyukai (y/n) sejak kami masuk sekolah menengah pertama. Tapi memang dasarnya aku yang takut menyatakan cintaku padanya waktu itu, hingga aku hanya bisa memendamnya. Sampai aku harus ikut keluargaku pindah ke Cina, dan saat itu aku mengetahui kabarnya dari Changkyun jika (y/n) sudah berkencan dengan seseorang. Sampai saat ini aku masih menyukainya dan memendam perasaanku padanya, meskipun aku tahu dia sudah berkencan dengan seorang Namja yang bernama Woozi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
RandomSeventeen x you disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng.. bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu.. Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
