POV Joshua...
Aku sedang menatap layar laptopku sejak tadi. Yah, aku sedang memeriksa beberapa email yang baru saja kubuka. Pandanganku teralihkan saat aku mendengar suara ketukan di pintu kamar. Aku langsung beranjak dan membukanya. Terlihat Eomma berdiri di depan kamar dengan senyum mengembang di wajahnya.
“Kali ini, apa lagi alasan Eomma untuk menyuruhku ke rumah (Y/n)?” tanyaku sambil sedikit tersenyum.
“Tolong Eomma, antar kue ini untuk calon menantu Eomma, ya” ucapnya sambil tersenyum semakin lebar ke arahku.
“Baiklah... tapi aku akan ganti baju sebentar.”
“Tentu. Eomma tunggu kau di bawah, ya.”
Aku hanya tersenyum dan mengangguk sebelum menutup pintu dan bersiap.
Aku sudah memasuki kawasan perumahan tempat tinggal (y/n). Saat membelokkan mobilku, aku melihat seorang gadis yang duduk di ayunan taman kompleks—wajahnya mirip sekali dengan (y/n). Aku memelankan laju mobilku untuk memastikan. Dan benar saja, ternyata itu memang dia.
Aku tersenyum kecil. Tapi kenapa dia duduk sendirian di sana?
Aku pun menghentikan mobilku di pinggir jalan, turun, dan berjalan menghampirinya dengan senyum yang sudah ku pasang untuknya. Saat aku sudah cukup dekat, aku mengusap kepalanya dengan lembut. Betapa terkejutnya aku saat ia melihatku dan langsung memelukku erat.
“Kau sedang apa di sini sendirian?” tanyaku pelan.
(Y/n) tidak menjawab, justru mengeratkan pelukannya padaku.
“(Y/n)-ya, jawab a–” aku melepaskan pelukannya perlahan dan menatap wajahnya.
Namun ia malah memalingkan wajah saat aku menatapnya.
“Kau... menangis? Siapa yang membuatmu menangis?” tanyaku lagi, suara mulai mengeras karena khawatir.
“Oppa... boleh aku memelukmu lagi?” tanyanya lirih, suaranya serak.
Aku hanya menghela napas panjang, lalu menarik tubuhnya kembali ke dalam pelukanku.
“Oppa Min-mingyu ber-berselingkuh di-dibelakang ku...” ucapnya dengan terbata-bata, suaranya hampir tak terdengar.
Aku tertegun. Kata-katanya membuat dadaku terasa sesak. Amarah perlahan naik ke ubun-ubun. Sialan. Berani-beraninya Mingyu menyia-nyiakan seseorang seperti (y/n).
Aku semakin mengeratkan pelukanku padanya dan mengusap punggungnya lembut, mencoba menenangkan hatinya yang pasti sedang kacau. Matanya sembab, wajahnya masih basah oleh air mata. Aku mengusap kepalanya pelan.
“Minumlah, kau pasti haus, kan?” ucapku sambil memberikan botol minum dari tasku.
“Te-terima kasih, Oppa,” ucapnya pelan, suaranya masih tersendat.
Aku tersenyum mendengar suaranya walaupun masih berat. Aku tahu, pelan-pelan luka ini akan sembuh.
“Ayo pulang. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan,” ujarku sambil melirik langit yang mulai mendung.
(Y/n) menatapku dengan wajah memelas, membuatku ingin segera memeluknya lagi.
“Kita harus pulang sekarang, sebelum hujan dan sebelum Abeoji mencari tahu kau ke mana.”
“Ba-bagaimana dengan ma-mata ku?” tanyanya cemas.
“Kau bisa mengompresnya dengan sapu tangan ku saat di perjalanan nanti. Ayo, kita harus bergegas.”
Dia hanya mengangguk lemah dan berdiri mengikuti langkahku.
Aku kembali menempelkan saputangan Joshua Oppa ke mataku, mencoba menyembunyikan bekas tangis yang masih terasa panas. Aku menoleh ke jendela saat mobil Joshua Oppa sudah berada tepat di depan rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
RandomSeventeen x you disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng.. bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu.. Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
