Aku kembali menatap pantulan diriku di cermin. Tidak pernah aku merasa se gugup ini sebelumnya, pasalnya ini adalah proyek terbesar selama aku bekerja. Aku menghela nafasku dalam-dalam, mencoba menenangkan diri, sebelum melangkah keluar dari toilet. Aku terus meyakinkan diriku bahwa aku bisa menangani semua ini. Ini hanya gugup biasa, kan? Aku bisa!
Aku mengembuskan napas panjang dan kembali masuk ke ruang rapat tadi yang sempat kutinggalkan sebentar. Aku kembali duduk di tempatku, mendengarkan dengan saksama semua ide proyek yang disampaikan oleh ketua tim yang ku bentuk ini. Mataku sesekali melirik ke arah monitor, mencerna setiap poin penting.
Semua berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang ku harapkan. Saat ini aku sedang melihat beberapa desain yang diajukan tadi sambil mempelajari semua proposal yang harus ku tandatangani. Jemariku sesekali mengetuk meja, memikirkan detail-detail kecil yang mungkin terlewat.
"Sekretaris Yang, bisa kau ke ruanganku sebentar?" ucapku melalui interkom, suaraku terdengar sedikit lelah namun mantap.
Tak lama, Sekretaris Yang pun datang, mengetuk pintu dengan sopan sebelum masuk. "Ada yang bisa ku bantu, Nona (y/n)?" tanyanya dengan senyum ramah.
Aku menatapnya sambil tersenyum tipis. "Ini, berikan semua proposal ini kepada Tuan Im," kataku sambil menyerahkan tumpukan dokumen tebal.
"Baik, Nona (y/n). Oh, Nona, jangan lupa kita harus bertemu dengan klien siang ini," ia tersenyum padaku, mengingatkanku pada jadwal penting lainnya.
"Benarkah? Jam berapa kau membuat janji?" tanyaku, sedikit terkejut dan langsung berdiri dari dudukku.
Ia melirik sekilas jam tangan di pergelangannya. "Jam 1 siang, Nona."
"Baiklah, kau sudah memesan tempat untuk kita bertemu?" tanyaku lagi, memastikan semuanya sudah siap.
"Sudah, Nona, tak jauh dari sini. Restoran favorit Nona, kalau Nona ingat."
"Yasudah, bersiaplah. Kau harus menemaniku," ucapku sambil memasukkan ponselku ke dalam tas tangan. Sebuah senyum kecil tersungging di bibirku. Proyek ini memang melelahkan, tapi juga sangat menantang.
Saat ini aku dan Sekretaris Yang sudah berada di restoran, di sebuah ruang VIP yang nyaman, tempat kami akan bertemu dengan klien kami. Aroma masakan Italia yang lembut memenuhi ruangan, menambah kesan santai namun tetap elegan. Tiba-tiba, aku mendengar suara pintu ruangan ini terbuka, menampakkan dua pria masuk. Aku langsung berdiri sambil tersenyum lebar menyambut mereka.
"Lama tak bertemu, bagaimana kabarmu?" Salah satu pria itu menyapa, matanya memancarkan kehangatan, dan ia langsung menjabat tanganku erat.
"Baik, sangat baik! Kau sendiri bagaimana? Silakan duduk," balasku, senyumku mengembang, dan aku pun mendudukkan diriku kembali.
"Bisa kau lihat sendiri bagaimana keadaanku," ia menatapku dengan sorot mata yang penuh makna.
"Kau tak menikmati posisimu, Jinyoung Oppa?" godaku, menatapnya sambil tersenyum. Ya, Jinyoung Oppa adalah sunbae-ku saat aku berkuliah di Kanada waktu itu. Dia selalu saja drama.
"Yah, jika bukan karena Yerim yang menguatkan aku, mungkin aku sudah melarikan diri seperti dulu," ia tersenyum kecut dengan perkataannya sendiri, seolah mengingat masa lalu yang kelam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
AcakSeventeen x you disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng.. bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu.. Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
