MINGYU (2 End)

1.6K 121 4
                                        


Acara makan malam kami pun telah selesai, dan kini aku mendudukkan diri di ranjang Mingyu, sibuk dengan ponselku, bertukar pesan dengan Sekretaris Park. Aku menunggu Mingyu yang sedang mandi. Lamunanku buyar saat mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Aku menoleh dan melihat Mingyu berjalan ke arahku dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Kenapa wajahmu terlihat sangat murung begitu?" tanya Mingyu sambil duduk di tepi ranjang. Ia meraih tanganku dan mengusap punggung tanganku dengan ibu jarinya, sorot matanya penuh perhatian.

Aku beranjak mendekatinya dan berujar, "Benarkah? Kurasa tidak, atau mungkin itu hanya perasaanmu saja, Gyu." Aku mencoba menyembunyikan kekhawatiranku, berpura-pura semua baik-baik saja.

Mingyu hanya menatapku dengan wajah menelitinya, seolah membaca setiap ekspresi di wajahku. Dia pasti tahu ada yang tidak beres.

Tidak ingin dia mengetahui apa yang sebenarnya menggangguku, aku langsung mengecup bibirnya, berusaha mengalihkan perhatiannya.

"Mingyu!" panggilku lembut setelah melepas ciuman.

"Mwo?" tanyanya, suaranya serak dan tatapannya penuh rasa penasaran.

Aku tersenyum misterius dan membisikkan sesuatu di telinganya. Sesuatu yang sukses membuatnya mengerjapkan mata dan menatapku dengan tatapan tak percaya.

"Kau yakin?" tanyanya, suaranya pelan dan ragu.

"Aku yakin. Kau mau, kan?" jawabku dengan senyum nakal.

Senyumnya berubah menjadi seringai penuh arti. "Baiklah. Kau yang memintanya, dan aku tidak akan melepaskan mu malam ini," ucap Mingyu sambil membaringkan ku di ranjang.

Aku hanya tersenyum sambil menatapnya, detak jantungku berpacu.

"Saranghae," bisikku.

"Nado saranghae," balasnya.

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Mingyu langsung mencium ku dengan penuh gairah. Ia menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh kami, menyembunyikan momen intim kami dari dunia. Di bawah selimut, kami saling berbagi kehangatan, seolah tak ada hari esok. Malam itu, semua kekhawatiranku lenyap, tenggelam dalam pelukan dan ciuman Mingyu.

Aku menggeliat saat merasakan kecupan lembut mendarat di bahu polos ku. Aku membalikkan badan untuk menghadap ke sisi lain, menarik selimut lebih erat ke leher. Perlahan, aku membuka mataku dan melihat Mingyu sedang menatapku dengan senyum tipis di wajahnya. Ia menarik ku lebih dekat dengannya, memelukku dari belakang, menenggelamkan wajahnya di rambutku. Aku hanya mengembuskan napas dan kembali menutup mata.

"Hai, kau tidak mau bangun?" bisiknya sambil mengecup bibirku sekilas.

"Lima menit lagi," jawabku dengan suara serak.

"Araseo," ucapnya. Tapi alih-alih memberiku waktu, ia kembali mengecup bibirku berulang kali, seolah tak ingin berhenti.

Merasa terganggu, aku akhirnya membuka mata dan menutup mulutnya dengan tanganku.

"Diam lah, aku masih mengantuk," protes ku sambil kembali menutup mata.

Mingyu hanya melepaskan tanganku dari mulutnya, terkekeh pelan. Tak lama setelah itu, ponselku berdering. Dengan malas, aku meraihnya dan mengangkat panggilan itu.

"Yeoboseyo?" ujarku.

Di seberang sana, suara Dokyeom terdengar panik, "(y/b)-ya, gawat! Cepatlah kemari, akan ku jelaskan nanti!"
Aku langsung terduduk tegak di ranjang, menatap nama Dokyeom yang tertera di layar ponsel.

"Ish, Dokyeom," gumamku, merasa ada firasat buruk.

"Wae? Apa terjadi sesuatu pada Dokyeom?" tanya Mingyu, raut wajahnya berubah khawatir.

SEVENTEEN IMAGINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang