30.S.COUPS

3.1K 145 3
                                        

Di suatu sore yang hangat, aku asyik menjilati permen loli di mulutku, sesekali tertawa dan meneriaki dua sahabatku, Dami dan Seohee, yang sedang asyik bermain suit. Tiba-tiba, Dami menghentikan permainannya.

"Sudahlah, aku bosan kalah terus darimu, Dami," ucapnya sambil mendudukkan diri di sampingku.

"Kau saja yang bodoh karena tidak bisa mengalahkan ku," timpal Seohee.

"Yak! Kau juga sama bodohnya, Seohee!" balas Dami.

Yah, Dami dan Seohee adalah teman masa kecilku. Mereka selalu begitu.

"Ish, sudahlah, telingaku sakit kalau harus mendengar kalian beradu mulut seperti biasa," ujarku kesal, menatap mereka bergantian.

"Ah, aku ingin minum bir atau soju. Sudah lama sekali aku tidak meminumnya karena insiden Nyonya Kang waktu itu," kata Dami tiba-tiba, matanya berbinar nakal. "Yak, ayo kita ke minimarket Jung Halmeoni dan membelinya!"

"Kalian saja, aku tidak ikut." Aku menolak, tahu betul konsekuensinya.

"Ah, wae?!" Seohee cemberut.

"Kalian mau Nyonya Kang melaporkan kita lagi pada kedua orang tua kita?" tanyaku, mengingatkan.

"Ah, kau benar," Dami mengangguk setuju. "Tunggu, ayo pura-pura beli sesuatu disana dan lihat siapa yang menjaga minimarketnya."

"Ide bagus! Kaja!" seru Seohee semangat.

Akhirnya kami tiba di minimarket Jung Halmeoni. Senyum kemenangan terukir di wajah kami saat melihat Jung Halmeoni sendiri yang menjaga toko. Ya, karena Jung Halmeoni akan lebih mudah kami bohongi.

"Yak! Cepat ambil beberapa kaleng birnya!" bisikku pada Seohee.

"Tunggu sebentar," Seohee masih mencari-cari.

"Ayo kita undi siapa yang membayarnya!" usul Dami.

"Batu, gunting, kertas!" ucapku, dan aku tertawa pelan saat mengeluarkan batu, sedangkan Seohee dan Dami sama-sama mengeluarkan gunting.

"Batu, gunting, kertas!" ulang Dami, dan aku hanya tertawa puas saat melihat hasilnya.

"Nah, bayar sekalian cemilan ku, gomawo Dami-ya!" kataku sambil berjalan keluar, meninggalkan Dami yang pasrah menerima cemilan ku.

"Fighting, Dami-ya!" Seohee menyemangati sebelum berlari menyusul ku.




















































Kami berhasil membeli beberapa kaleng bir dan beberapa cemilan. Kami mendudukkan diri di taman tadi, menikmati senja yang perlahan menyelimuti langit.

"Yak, lihat langitnya sangat mendukung untuk kita meminum bir hari ini, kan?" Dami berkata sambil menatap langit senja yang indah.

"Huh, Yak! Yak! Sembunyikan birnya sekarang!" tiba-tiba Seohee berbisik panik.

"Waeyo?" tanyaku bingung.

"Pangeranmu berjalan kemari, (y/n)-ya!" jawabnya, sambil memegangi kedua pipiku dan mengarahkannya ke depan.

Aku mengerjapkan mataku, melihat seorang namja yang sedang tersenyum sambil berjalan ke arah kami. Seketika aku memukul tangan Seohee yang memegangi pipiku.

"Yak!"

"Aku harus bersembunyi?" tanyaku, sibuk mencari tempat.

"Yak, daripada kau mencari tempat bersembunyi lebih baik kau membantu kita untuk menutup birnya?" Seohee bertanya, tangannya sudah sibuk menyembunyikan kaleng bir.

SEVENTEEN IMAGINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang