6 bulan kemudian...
Sudah enam bulan berlalu sejak Woozi meminta waktu untuk memutuskan. Akhirnya, dia memilihku dan memutuskan Yeonhee. Namun, entah kenapa, meskipun dia memilihku, aku masih merasakan ada yang mengganjal. Perasaanku campur aduk, antara lega dan sedikit khawatir.
Lamunanku teralihkan saat aku mendengar ocehan Jiho. Aku menoleh dan mendekatinya yang sedang duduk di troli, matanya berbinar melihat mainan di sekeliling.
"Waeyo? Apa kau bosan?" tanyaku lembut, menggendong Jiho.
Jiho hanya mengoceh tak jelas, jari-jari mungilnya meraih-raih rambutku.
"Haha, iya, tunggu sebentar, Appa sedang membeli cemilan untukmu. Apa kau mau meminum ASI Eomma dulu?" Aku menatapnya, mengusap pipi chubby nya.
Yah, aku dan Woozi memang selalu membawa ke Jiho berjalan-jalan di taman dekat apartemen kami. Sudah menjadi rutinitas manis kami setiap sore.
"Araseo, ayo kita pulang sekarang," ucapku, sambil melangkah pulang. Kami melewati deretan toko, aroma roti baru dipanggang memenuhi udara. Jiho terkadang menunjuk-nunjuk toko es krim dengan antusias, membuatku tersenyum.
Aku mendudukkan diri di tepi ranjang tidur sambil memberikan ASI pada Jiho. Setelah sampai di rumah, aku langsung berjalan ke kamar dan memberi ASI pada Jiho. Tak lupa, aku mengirim pesan pada Woozi bahwa aku sudah pulang dan Jiho sudah tertidur pulas di pelukanku.
Tak lama, aku mendengar suara pintu kamar kami terbuka. Aku menoleh dan melihat Woozi berjalan ke arahku, senyum lelah namun hangat terukir di wajahnya.
"Apa dia kelaparan karena menunggu ku terlalu lama?" ucapnya sambil duduk di sampingku, mengusap kepala Jiho.
"Mungkin, apalagi dia juga sudah bosan tadi. Jadi, aku akhirnya membawanya pulang," jawabku, memandangi Jiho yang damai dalam tidurnya.
Aku melihatnya mengangguk pelan sambil mengusap pipi Jiho yang chubby. Matanya terlihat sedikit khawatir.
"Woozi! Noda merah apa yang ada di bajumu?" ucapku sambil menunjuk noda samar di bahunya.
"Ah, ini pasti terkena cat," ucapnya santai, mencoba mengusapnya.
"Bagaimana bisa?" tanyaku penasaran.
"Tadi aku tidak sengaja menyenggol tangga yang di atasnya ada cat, dan cat itu hampir tumpah mengenai bajuku. Untung saja aku dengan cepat menghindar, tapi sepertinya cat itu sudah mengenai aku sebelum aku menghindarinya tadi," jelasnya, terdengar sedikit tergesa-gesa.
Aku hanya mengangguk pelan saat mendengar ceritanya, meski ada sedikit keraguan di hatiku.
"Yasudah, aku akan mengganti bajuku dulu," ucapnya sambil beranjak, wajahnya terlihat sedikit gelisah.
Aku hanya mengangguk, hatiku bertanya-tanya.
POV Woozi...
Aku membasuh wajahku dengan air yang mengalir di wastafel. Helaan napas berat keluar dari bibirku sambil menatap wajahku di cermin.
"Lagi kau membohongi dia dengan kebohonganmu dan pergi terlalu lama hanya untuk bertemu dengan Yeonhee," gumamku, menundukkan kepala. Rasa bersalah menghimpit dadaku.
"Kau tidak bisa seperti ini terus, Woozi. Kau sudah memilihnya, jadi kau harus melepaskan Yeonhee," gumamku lagi sambil menatap pantulanku di cermin. Wajahku terlihat kusut, penuh penyesalan.
Dan tak lama setelah itu, aku mendengar suara ketukan pintu.
"Woozi, apa kau masih lama?" itu suara (y/n).
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
RandomSeventeen x you disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng.. bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu.. Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
