Seventeen x you
disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng..
bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu..
Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
Semakin hari, aku merasa semakin dekat dengan Dokter Choi, mirip seperti kedekatanku dengan Dokter Han dulu. Kepadanya, aku menceritakan semua yang terjadi padaku dan mengapa aku bisa berakhir di rumah sakit ini. Dia tak hanya menjadi temanku, tapi lebih tepatnya, seseorang yang kini sangat spesial di hatiku.
Apakah salah jika aku menyukainya? Aku sadar betul betapa tak pantasnya aku untuknya. Seorang gadis yang selalu dianggap gila dan pembunuh ini, beraninya mencintai seorang pria sesempurna dirinya. Kesadaran itu menghantam ku begitu kuat, dan aku segera membuang jauh perasaan suka ini. Aku tahu, bagaimanapun, ia tak akan pernah bisa kumiliki; ia hanya menganggap ku sebagai pasiennya.
Saat ini, aku sedang menunggu Perawat Kim datang untuk mengantarku ke taman rumah sakit. Aku menoleh saat mendengar pintu kamarku terbuka. Perawat Kim masuk sambil membawa buket bunga di tangannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Buket bunga lagi?" tanyaku, menghampirinya dengan senyum tipis.
Ia meletakkan buket itu di meja. "Eung, sepertinya Nona punya penggemar sekarang," katanya sambil tersenyum geli.
"Cih, kau ini. Kaja! Aku tak sabar ingin menggambar bunga yang kau bilang baru mekar itu," ucapku dengan nada gembira yang tak bisa ku sembunyikan.
"Iya… iya, ayo," sahutnya, lalu mengambil peralatan gambarku dan membawanya.
Kami berjalan menuju taman rumah sakit sambil bercanda ria, seolah aku bukan pasien di tempat ini. Ada momen singkat yang membuatku lupa akan segala bebanku. Namun, saat melihat ke arah depan, aku melihat Dokter Choi sedang berjalan berlawanan arah denganku, ditemani seorang Yeoja yang sangat cantik. Entah kenapa, hatiku terasa sakit melihatnya tersenyum pada Yeoja itu. Aku mengembuskan nafasku perlahan, berusaha tak mempedulikannya, dan kembali fokus mendengarkan lelucon Perawat Kim. Aku bahkan menariknya untuk berjalan memutar agar kami tak berpapasan dengan Dokter Choi dan Yeoja itu.
"Nona, kau memilih jalan memutar tadi, padahal kan kita akan cepat sampai jika melewati jalan tadi," ujar Perawat Kim, mendudukkan dirinya di sampingku yang tengah sibuk memperhatikan bunga-bunga yang ku tanam.
"Perawat Kim, sepertinya akhir-akhir ini kau banyak bicara sekali? Wae? Kau salah minum obat, atau kau sedang jatuh cinta?" tanyaku, menatapnya penuh selidik.
"Ah, aniyo. Mian jika kau terganggu," ia menundukkan kepalanya.
"Gwaenchanha, aku malah suka. Setidaknya pikiranku jadi teralihkan," aku menepuk-nepuk bahunya lembut.
Ia mengangkat kepalanya kembali, menatapku dengan senyum nakal. "Huh, mengalihkan pikiranmu? Ah, maja, mengalihkan pikiranmu dari Dokter Choi kan, agar kau tak memikirkannya terus?"
"Mworago?" Aku mengerjapkan mataku, menatapnya tak percaya.
"Ayolah, Nona, jangan terkejut begitu. Aku tahu kalau kau suka pa..." Aku segera membekap mulutnya untuk menghentikan perkataannya.