Aku mengusap perutku sambil terduduk bersandar di kursi yang ada di balkon kamarku. Kembali terlintas di benakku perkataan Areum tadi, tentang seorang pemuda dengan wajah sangat mirip Jeonghan yang ia lihat di rumah sakit. Yah, Areum adalah salah satu Dokter di rumah sakit tempatku memeriksakan kandunganku tadi.
"Oppa, jika itu memang benar kau, lalu kenapa kau tak kunjung pulang untuk menemui ku?" gumamku, suaraku nyaris tak terdengar.
"Oppa, aku membutuhkanmu di sampingku sekarang. Terlebih, sebentar lagi aku akan melahirkan anak kita," gumamku lagi sambil mengusap lembut perutku.
Tak lama, kudengar ponselku berdering. Aku langsung beranjak mengambilnya. Nama Mingyu tertera di layar. Tanpa ragu, aku langsung mengangkatnya.
"Yeoboseyo?"
"(Y/n)-ya! Apa kau sudah makan?"
"Belum."
"Waeyo? Bukankah aku sudah bilang agar kau makan tepat waktu?" Ada nada khawatir dalam suaranya.
"Aku sedang tidak berselera makan sekarang, Mingyu."
"Wae?"
"Entahlah, aku merasa semua makanan yang masuk ke mulutku terasa pahit semua, Gyu."
"Apa kau sakit? Jika iya, aku akan ke sana sekarang dan menelepon Areum untuk memeriksa mu nanti."
"Tidak, aku tidak sakit. Hanya merasa seperti itu saja."
"Yasudah, aku ke sana sekarang. Kau mau ku belikan apa?"
"Tidak usah, Gyu. Aku sedang tidak menginginkan apapu— akhh.., pe-perut ku!" Sebuah rasa sakit menusuk tiba-tiba.
"(Y/n)-ya! Kau kenapa? Gwaenchanha?" Suara Mingyu terdengar panik.
"E-eung, a-aku baik-baik saja, Gyu," jawabku, berusaha menahan rasa sakit yang semakin menjadi.
"Jika kau baik-baik saja, kenapa kau mengaduh tadi, eoh?"
"A-aku hanya.. huff…"
"Tunggu aku, bertahan lah."
Sambungan telepon terputus. Aku menahan sakit di perutku. Entahlah, akhir-akhir ini aku memang sering merasakan sakit di perut. Aku mendudukkan diri di tepi ranjang tidurku. Tak lama, kudengar pintu kamarku diketuk.
"(Y/n)-ya! Ayo kita makan, Eomma sudah memasakkan makanan kesukaanmu," ucap Eomonim dari balik pintu.
Mendengarnya, aku berusaha menjawab. "Ne, E-eomonim," ucapku sambil menahan sakit.
Aku berjalan perlahan menuju pintu kamarku, merasakan setiap nyeri di perutku. Aku membuka pintu sambil tersenyum pada Eommani.
"Ayo kita makan sekarang," ucapnya sambil merangkulku, memberikan dukungan.
Eomonim membantuku duduk. Ia menyodorkan semangkuk sup kimchi padaku.
"Makanlah, makan untuk anakmu. Meskipun kau tidak ingin, tapi kau harus makan untuk anakmu," ucapnya lembut sambil mengusap kepalaku.
Aku hanya mengangguk pelan dan mulai menyendok kan makanan ke mangkukku.
"Makan yang banyak, ya," ucapnya lagi, penuh perhatian.
Lagi, aku hanya mengangguk.
Tak lama, kudengar derap langkah mendekat. Aku menoleh dan melihat Mingyu.
"Huh, Mingyu, kebetulan sekali. Apa kau sudah makan?" tanya Eomonim.
"Aku sudah makan tadi sebelum ke sini, Eomonim. Kebetulan tadi ada perayaan di kantorku," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
AléatoireSeventeen x you disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng.. bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu.. Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
