SEUNGCHEOL (3 End)

1.6K 149 0
                                        

Seminggu kemudian...


Satu minggu telah berlalu sejak kejadian itu, namun bayangannya masih melekat erat dalam benakku. Aku terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi padaku waktu itu. Jelas-jelas, aku tidak pernah berniat menggodanya. Bahkan melihatnya saja sudah membuatku ingin memukul wajahnya. Aku menghembuskan nafasku pelan, sebuah desahan yang sarat akan kekesalan dan kebingungan, saat merasakan nyeri menusuk di perut bagian bawahku. Tanganku secara refleks mengusap perut itu, berharap sentuhan lembut ini bisa meredakan rasa sakit dan menenangkannya.

Ya, aku memang sedang mengandung. Bukan baru sekarang aku tahu, tapi seminggu yang lalu. Sejak hari itu, perutku perlahan mulai menunjukkan tanda-tanda kecil dari kehidupan baru yang tumbuh di dalamnya.

Sebenarnya, belum ada seorang pun yang tahu tentang kehamilanku ini. Rencananya, setelah memberi tahu Appa, aku akan segera memberitahu Seungcheol. Namun, keadaan yang rumit ini membuatku melupakan segalanya, hingga hanya aku sendiri yang menyimpan rahasia besar ini.

Lamunanku buyar saat mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Aku langsung beranjak, melangkah menghampirinya dengan niat membantu mengeringkan rambutnya. "Biar aku bantu keringkan rambutmu," ucapku lembut, berusaha meraih handuk kecil yang tersampir di bahunya.

"Tak perlu, aku bisa sendiri," jawabnya datar, bahkan tanpa menatapku, lalu berlalu begitu saja di hadapanku.

Aku menghembuskan nafasku lagi, kali ini lebih berat, merasakan kekecewaan yang samar. Entahlah, ini hanya perasaanku saja atau memang Seungcheol sedikit berubah dan menjaga jarak denganku. Sikapnya menjadi dingin, seolah ada dinding tak kasat mata yang kini memisahkan kami.

"Kau mau makan sekarang? Jika iya, aku akan menghangatkannya dulu. Oh iya, baju tidurmu sudah kusiapkan," ucapku, mencoba mencairkan suasana. "Aku keluar dulu." Aku pun bergegas pergi, meninggalkan ruangan itu.

Di dapur, aku mulai menghangatkan makanan untuk Seungcheol. Aroma masakan perlahan mengisi ruangan, namun perhatianku teralih saat tiba-tiba kepalaku terasa berdenyut dan pandanganku sedikit kabur. Aku buru-buru berpegangan pada meja dapur, mencoba menopang tubuhku yang limbung. Aku berusaha menyeimbangkan diri, tapi tak berhasil. Tubuhku ambruk, terduduk lemas di lantai dingin dapur.

"Astaga, ada apa denganku ini?" gumamku pelan, memijat pelipis ku yang berdenyut.

Tak lama setelah itu, aku mendengar derap langkah kaki mendekat. Aku mendongakkan kepala, mendapati Seungcheol tengah berdiri di depan kulkas, membukanya tanpa menyadari keberadaan ku. Senyum tipis terukir di bibirku saat melihat baju yang ia pakai. Bukan, itu bukan baju yang kusiapkan untuknya.

Sudah jelas sekarang, aku sudah mengerti sekarang, batinku getir.

"Apa yang kau lakukan di sana?" ucapnya, suaranya mengagetkanku.

"A-aku sedang mencari anting," jawabku terbata, mencoba mencari alasan yang masuk akal. "Iya, antingku yang terjatuh."

Ia hanya mengangguk, lalu berbalik dan berjalan meninggalkanku, sama sekali tidak memperdulikan ku. Namun, saat aku hendak bangkit, aku melihatnya kembali mendekatiku.

"Sejak kapan kau menggunakan anting-anting di telingamu?" ucapnya, berlutut di hadapanku. Matanya menatapku lekat.

Aku hanya diam, tak mampu berkata apa-apa, hanya menatapnya balik.

"Kenapa kau jadi diam? Sudahlah, kau tunggu di sini. Biar aku ambilkan sesuatu untuk menutup darah yang terlihat di celanamu," ucapnya, lalu beranjak pergi.

"Darah? Apa maksudmu?" tanyaku bingung.

"Kau sedang datang bulan, kan? Lihat celanamu sekarang!" Ia berbicara sambil menatap dan menunjuk ke arahku.

SEVENTEEN IMAGINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang