SEUNGKWAN (2 End)

1K 99 7
                                        

Aku menghempaskan tubuhku ke ranjang begitu pintu kamar tertutup di belakangku, seolah seluruh beban hari ini langsung meluruh. Pandanganku menatap kosong ke langit-langit, namun pikiranku penuh dengan kejadian beberapa saat lalu. Tanpa sadar, jemariku kembali menyentuh bibirku yang masih terasa sedikit hangat. Ya, meski bukan ciuman pertamaku, entah kenapa yang satu ini terasa berbeda, seolah akan membekas dalam ingatanku untuk waktu yang sangat lama. Sebuah desiran aneh mengalir dalam diriku, dan saat tersadar, aku menggelengkan kepala, memukulnya pelan dengan telapak tangan.

"Aigoo, mungkin dia sedang mabuk tadi," gumamku pada diri sendiri, mencoba mencari penjelasan logis.

"Aaa… Mana mungkin! Dia saja masih sekolah! Lalu kenapa dia mencium ku tadi?! Dan apa yang dia bilang tadi?!" Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di benakku, membuatku kembali mengingat kata-katanya.

"Semoga kau tahu arti dari ciuman yang ku berikan tadi padamu," aku menirukan nada bicaranya, kata demi kata.

"Aaaa… Aaaa… Mana aku tahu jika dia tidak menjelaskannya, dasar bodoh!" Aku berbicara sendiri, frustrasi, lalu menarik bantal dan menutup wajahku dengannya, berharap bisa meredam kekesalan dan kebingungan yang melanda.

Keesokan paginya, aku melangkahkan kakiku memasuki kawasan sekolah. Setelah "perang" batin semalaman, aku bertekad untuk tidak terlambat lagi hari ini. Aku berjalan beriringan dengan Kino, yang memang kami berangkat bersama tadi pagi. Langkah kami pelan, mengisi pagi dengan obrolan ringan. Hingga kami sudah tiba di depan kelas, Kino menoleh padaku, menatapku dengan sorot mata penuh tanya.

Aku yang menyadarinya langsung bertanya, "Waeyo? Ada apa?"

"Apa kau tidak mau menceritakan sesuatu padaku?" Dia berbicara pelan, tatapannya lekat padaku.

"Aniya. Jika ada pun, aku akan lebih memilih menceritakannya pada Sera daripada dirimu, bodoh," jawabku jujur, sambil tersenyum tipis.

"Kau yang bodoh, bukan aku," balasnya, berpura-pura kesal. "Sudahlah, aku akan masuk ke kelasku saja." Dia berbicara sambil berbalik dan berlalu pergi.

Aku yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala, geli dengan tingkahnya.






































Besoknya...

Aku membuka pintu kelasku, dan segera masuk. Mataku langsung menangkap Seungkwan dan Seohee yang sedang asyik mengobrol di meja Seohee, tepat di depanku. Aku menghembuskan napas pelan, lalu berjalan mendekat sambil tersenyum cerah.

"Selamat pagi, teman-temanku!" sapaku riang pada mereka.

"Selamat pagi," balas Seungkwan dengan senyumnya yang khas.

"Tumben sekali kau tidak terlambat?" tanya Seohee langsung, nadanya penuh selidik.

"Apa menjawab sapaanku tidak penting untukmu, Seohee?" Aku bertanya balik, sedikit protes, sambil menarik kursiku dan duduk.

"Benar! Kau seharusnya menyapanya kembali, bukan malah bertanya kenapa dia datang pagi dan tidak terlambat, dasar bodoh," timpal Seungkwan, membela.

"Aku kan hanya penasaran," Seohee mengerucutkan bibirnya, ekspresinya menggemaskan.

"Terserah kau saja," ucap Seungkwan sambil beranjak dari duduknya.

"Lah, kau mau ke mana? Aku datang, kau malah pergi?" tanyaku heran.

"Yoora menunggu ku di taman sekolah. Dia bilang ada yang ingin ia berikan padaku," jawabnya sambil menunjukkan layar ponselnya yang berisi pesan dari Yoora.

SEVENTEEN IMAGINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang