Seoul, 11 am
POV Mingyu...
Aku membuka pintu kafe dengan raut wajah yang tidak bersahabat, langkahku terburu-buru menuju meja kasir. Kekesalan seharian di kantor membuatku ingin segera memesan sesuatu yang bisa mengembalikan mood-ku.
“Annyeonghaseyo, ada yang bisa ku bantu?” ucap gadis itu dengan senyum ramah yang langsung menarik perhatianku. Ia memiliki aura yang menenangkan.
Aku menatap gadis di hadapanku, terpaku oleh senyumnya. Sejenak, kekesalan yang kurasakan menghilang.
“Tuan, apa aku bisa mencatat pesananmu sekarang?” suara lembutnya membuyarkan lamunanku. Aku mengerjapkan, sedikit canggung.
“Ah, iya… satu Es Americano dan Cake Coklat,” ucapku sambil merogoh dompet di saku celanaku.
“Ne, ku ulangi pesanan Tuan: satu Es Americano dan sepotong Cake Coklat. Semuanya jadi 11.500 won, Tuan,” ujarnya sambil menatapku dengan mata berbinar.
Aku hanya tersenyum tipis dan menyerahkan uang tunai padanya.
“Ne, kamsahabnida, Tuan,” ucapnya seraya memberikan struk dan nampan berisi pesananku.
Aku mengambilnya dan berjalan menuju meja pojok yang selalu ku duduki setiap kali datang ke kafe ini. Dari sana, aku bisa memperhatikannya. Entahlah, aku suka saat ia tersenyum ramah seperti yang ditunjukkannya padaku tadi. Melihat senyumnya, semua kekesalanku seolah lenyap begitu saja.
Oh, tunggu. Sepertinya ia pegawai baru di kafe ini. Yah, aku lumayan sering datang ke sini karena letaknya dekat dengan perusahaan ku. Aku baru melihatnya hari ini. Dan benar saja, dia memang pegawai baru. Tadi sekilas, aku melihat kertas pengumuman yang ditempel di depan pintu masuk, mencari pegawai baru untuk kafe ini. Wajar jika aku baru melihatnya sekarang.
Tak lama setelah aku terus memperhatikannya, aku melihat seorang namja dengan seragam masuk ke kafe. Aku juga melihat gadis itu tersenyum padanya, dan entah kenapa, melihatnya tersenyum membuatku ikut tersenyum juga. Ada rasa hangat yang menjalar di dadaku.
POV Mingyu end...
Aku mendengar suara bel pintu kafe terbuka. Segera, aku berdiri di dekat meja kasir untuk mencatat pesanan pelanggan yang baru datang.
Aku menatapnya sambil tersenyum, “Annyeonghaseyo, ada yang bisa ku bantu?”
Aku melihatnya tak menjawab pertanyaanku. Ia malah menatapku dengan pandangan aneh. Sedikit aneh, tapi aku berusaha profesional.
“Tuan, apa aku bisa mencatat pesananmu sekarang?” ucapku kembali, mencoba membuyarkan lamunannya.
“Ah, iya… satu Es Americano dan Cake Coklat,” jawabnya sambil mengalihkan pandangannya dariku. Ada sedikit rona merah di pipinya, atau mungkin hanya perasaanku saja?
“Ne, ku ulangi pesanan Tuan: satu Es Americano dan sepotong Cake Coklat. Semuanya jadi 11.500 won, Tuan,” ucapku sambil menatapnya.
Ia hanya tersenyum tipis dan memberikan uangnya padaku.
“Ne, kamsahabnida, Tuan,” ucapku sambil memberikan struk dan nampan berisi pesanannya.
Aku melihat ia duduk di meja pojok yang dekat dengan jendela. Sekilas aku meliriknya, dan aku mengerjapkan mataku saat menyadari ia sedang memperhatikanku. Lamunanku teralihkan saat mendengar suara bel pintu kafe ini berbunyi lagi. Aku langsung bersiap menyambut pelanggan berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
RandomSeventeen x you disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng.. bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu.. Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
