MINGYU (2 End)

1.6K 90 10
                                        

Aku hanya diam tak menjawab lagi, mataku terpaku padanya yang sedang telaten mengobati luka di wajahku. Setiap sentuhannya terasa lembut, penuh perhatian, seolah lukaku adalah miliknya juga. Aroma antiseptik bercampur dengan wangi maskulin Mingyu, menciptakan suasana yang intim di antara kami.

"Mingyu-ya!!" panggilku, suaraku sedikit parau.

"Hm," jawabnya singkat, matanya fokus pada lukaku yang masih basah.

"Kenapa kau mengajakku berkencan waktu itu? Apa karena kau kasihan padaku?" tanyaku, memberanikan diri. Pertanyaan itu sudah lama mengganjal di benakku, sebuah keraguan yang selalu membayangi.

Mingyu menghentikan sejenak kegiatannya, mengangkat pandangannya untuk menatapku. Matanya yang gelap memancarkan ketulusan. "Kasihan? Bukan. Aku mengajakmu berkencan waktu itu karena aku menyukaimu, itu sebabnya," jelasnya, suaranya mantap dan tegas.

Hatiku sedikit menghangat mendengar jawabannya, namun keraguan lain muncul. "Lalu kenapa kau putus dengan Eunhae waktu itu?"

Senyum tipis di bibirnya memudar, digantikan ekspresi yang sedikit sendu. "Dia... Dia berselingkuh dariku dengan namja yang sekarang menjadi kekasihnya," ucapnya, menatapku dengan sorot mata yang sulit diartikan. Ada gurat luka di sana, meskipun samar.

Aku terdiam, membalas tatapannya. Ruangan terasa sunyi, hanya suara nafasku yang terdengar.

"Apa kau menyukaiku dari hati tulus mu, atau kau menyukaiku dari rasa sakit yang kau rasakan waktu itu?" ucapku pelan, meraih tangannya yang masih memegang kapas. Jemariku menyentuh kulit hangatnya.

Aku melihat Mingyu menatapku, tatapannya intens, dan ia menghentikan kegiatannya mengobati. Sepertinya pertanyaanku berhasil mengusik pikirannya.

"Maksudku, kau menyukaiku dengan tulus atau hanya menjadikan aku pelarianmu saja?" ucapku lagi, melepaskan peganganku dari tangannya, membiarkan tanganku jatuh ke pangkuan.

Mingyu menarik napas dalam. "Apa karena ini kau berkelahi dengan Seohee?" ucapnya, suaranya lebih rendah dari sebelumnya.

Seohee, dia adalah teman seangkatanku, dan rivalku yang berkelahi denganku tadi. Ingatan tentang pertengkaran itu masih segar, rasa sakit di pipiku seolah menjadi buktinya.

"Bagaimana jika aku bilang iya, apa reaksimu? Dan bagaimana jika aku bilang tidak, apa reaksimu juga?" tanyaku, mencoba mengujinya, mencoba mencari kepastian dalam tatapannya.

Tiba-tiba, tanpa kuduga, Mingyu mengatupkan kedua pipiku dengan telapak tangannya yang hangat. Jempolnya mengelus lembut kulitku yang memar. Dan kemudian, perlahan, bibirnya menyentuh bibirku. Sebuah kecupan lembut, penuh kehati-hatian, seolah takut melukai.

"Akhh," ringis ku, merasakan perih tipis di sudut bibirku yang terluka.

Mingyu segera melepaskan kecupannya, sorot matanya penuh kekhawatiran. "Apa terasa sakit?" tanyanya, nada suaranya lembut.

Aku hanya mengangguk pelan, menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Itu yang sedang kurasakan sekarang saat melihat wajahmu penuh luka dan lebam seperti ini," ucapnya dengan nada tegas, namun ada kepedihan yang tersirat. Kata-katanya menusuk hatiku, membuatku merasa bersalah.

Aku sedikit merundukkan kepalaku, tak sanggup membalas tatapannya.

"(Y/n)-ya, tatap aku sekarang," ucapnya sambil mengelus lembut pipiku, memaksaku untuk kembali menatapnya.

Aku dengan perlahan mengangkat kepalaku, menatap kedua bola matanya yang dalam. Di sana, aku melihat kejujuran yang menenangkan.

"Aku mencintaimu dengan tulus, waktu itu sampai sekarang dan bahkan selamanya. Aku bahkan sudah melupakan Eunhae sejak kita bertemu dengan tidak sengaja waktu itu," ucapnya, suaranya melembut namun penuh keyakinan. Ia tak melepaskan tatapannya dariku.

SEVENTEEN IMAGINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang