POV Mingyu..
Aku menangkup kedua pipinya, merasakan kehangatan kulitnya di telapak tanganku. Perlahan, aku mengerakkan bibirku di atas bibirnya, sebuah sentuhan lembut yang sarat kerinduan. Ia bahkan mengalungkan kedua tangannya di leherku, menarik ku lebih dekat, seolah tak ingin ada jarak di antara kami. Jantungku berdebar kencang, nafasku memburu, dan saat aku akan melumat bibirnya lebih dalam, sebuah suara pecah memenuhi ruangan – dentingan kaca yang terjatuh, memecah keheningan dan lamunan indah kami.
Aku segera menjauhkan wajahku dari wajahnya, keterkejutan mencengkeram ku. Saat kesadaran penuh menyeruak, aku langsung beranjak, tubuhku terasa kaku. Mataku menoleh, mencari sumber suara, dan menemukan (y/n) berdiri mematung, menatapku dengan mata berkaca-kaca, isak tangis tertahan di tenggorokannya.
"Aku bisa jelaskan padamu, jangan salah paham dulu, kumohon," ucapku tergagap, sambil memegang kepalaku yang terasa berdenyut. Perasaan bersalah langsung menghantam ku.
(Y/n) tidak menjawab. Pandangannya kosong, menatapku seolah aku adalah orang asing. Aku melirik sekilas ke arah Eunhee yang dengan cepat merapikan pakaiannya dan memakai kembali luarannya, lalu beranjak pergi.
"Eonni, ini tidak seperti yang kau lihat, tadi kami hanya terbawa suasana karena mabuk," ucap Eunhee, suaranya terdengar terburu-buru.
Mendengar kata 'mabuk', aku langsung membantah. "Mabuk? Ani, aku tidak mabuk sama sekali, sungguh aku tidak mabuk, (y/n)-ya!" Aku menatap (y/n) penuh harap, memohon pengertian.
"Oppa jangan mengelak, jelas-jelas kau meminum bir tadi," Eunhee menambahkan, suaranya penuh keyakinan.
Aku hanya bisa menatap tajam kearah Eunhee, amarah mulai membuncah dalam diriku. Namun, tatapanku beralih pada (y/n) yang mulai berjalan pergi, langkahnya terburu-buru menjauh dari kami. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengejarnya.
Aku terus mengejarnya yang berjalan cepat, seolah ingin segera menghilang dari pandanganku. Setiap langkahnya terasa seperti pukulan di dadaku. Hingga akhirnya, di persimpangan jalan yang ramai, aku melihatnya menyeberang tanpa memperhatikan sekitar, dan tak sengaja tersenggol oleh badan mobil yang melintas. Jantungku serasa berhenti berdetak. Tanpa ragu, aku langsung berlari kencang ke arahnya.
Seorang pria di samping mobil itu bertanya, "Nona, kau tidak apa-apa?"
Aku sudah sampai di sisinya, napas terengah-engah. "(Y/n)-ya!!"
"Akhh.. Perut ku," ia meringis kesakitan, memegangi perutnya. Wajahnya pucat pasi.
Pengemudi mobil itu mendekat dengan raut khawatir. "Tuan, maafkan aku, aku tidak sengaja menabraknya tadi."
"Masalah itu kita bicara nanti, lebih baik kau bantu aku untuk membawanya ke rumah sakit sekarang!" ucapku cepat, langsung menggendong (y/n) dalam pelukanku. Tubuhnya terasa begitu ringan dan rapuh.
"Baiklah, Tuan, ayo bawa masuk ke dalam mobilku," ucap pengemudi itu, segera membuka pintu belakang mobilnya.
Aku berdiri, menyandarkan punggungku di dinding rumah sakit yang dingin, dengan perasaan campur aduk antara khawatir, cemas, dan penyesalan yang mendalam. Aku menunggu (y/n) yang sedang ditangani di dalam. Pemuda pengemudi mobil tadi sudah pergi setelah menyelesaikan masalah denganku dan memastikan (y/n) ditangani. Aku menegakkan tubuhku saat melihat seorang dokter keluar dari ruangan tempat (y/n) dirawat. Wajahnya terlihat muram.
"Bagaimana, Noona? Apa (y/n) dan calon anak kita baik-baik saja?" tanyaku, suaraku tercekat di tenggorokan. Jantungku berdegup kencang, mengharapkan kabar baik.
Dokter itu menghela napas panjang. "Maafkan aku, kau dan (y/n) harus kehilangan calon anak kalian. Ia mengalami tekanan yang cukup kuat pada bagian perutnya, membuat janin di dalam kandungannya juga mengalami tekanan yang cukup kuat."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
RandomSeventeen x you disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng.. bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu.. Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
