Aku menggeliat di tempat tidurku, perlahan membiasakan diri dengan cahaya mentari yang menyusup malu-malu melalui celah jendela. Setelah sejenak mengumpulkan kesadaran, aku beranjak membuka jendela lebar-lebar, membiarkan udara pagi yang sejuk menerpa wajahku. Setelah itu, tanpa membuang waktu, aku langsung melangkah masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap ke kampus. Aroma sabun dan shampoo memenuhi kamar mandi seiring aku membersihkan diri dan merapikan penampilanku.
Tiga puluh menit kemudian, aku sudah siap dengan pakaian rapi, rambut terurai, dan riasan tipis. Aku keluar dari kamarku dan senyum langsung mengembang di wajahku saat melihat kucing kesayanganku, Jjanggu, sedang asyik menikmati sarapannya.
"Annyeong, Jjanggu! Bagaimana semalam, apa tidurmu nyenyak?" sapaku lembut, menatap dan mengusap kepalanya yang berbulu halus. Jjanggu membalas dengan dengkuran kecil dan gesekan manja di kaki ku.
"(Y/n)-ya! Cepat makan sarapanmu, jangan mengganggu Jjanggu terus!" Aku menoleh saat mendengar suara Eomma-ku dari dapur. Ia sedang sibuk menata meja makan.
"Iya, aku tahu, Eomma. Aku hanya menyapanya," balasku, lalu beranjak dan duduk di meja makan yang sudah penuh dengan hidangan lezat. Eomma hanya melirikku sekilas, tersenyum tipis, dan kembali melanjutkan aktivitasnya, menyiapkan bekal.
Setelah sarapan kimbap dan sup rumput laut yang lezat, aku berpamitan. "Eomma, aku pergi, bye!" Aku mencium pipinya dan segera beranjak menuju pintu.
"Kau sudah memakan kimbap mu?!" Aku mendengar Eomma berteriak dari dapur.
"Sudah!" balasku, memastikan ia mendengar ku, lalu menutup pintu di belakangku.
Aku memasuki area kampus dengan langkah santai, melirik jam di pergelangan tanganku. Kelas masih akan dimulai 30 menit lagi, jadi aku tidak terburu-buru. Saat aku berbelok di ujung lorong, mataku menangkap siluet teman-temanku, Yooji dan Jieun, sedang berkumpul di dekat loker.
"Yooji! Jieun!" teriakku, berlari menghampiri mereka dengan senyum lebar.
"Mau pergi ke kantin sebelum kelas dimulai?" Yooji menatapku saat aku sudah tiba di hadapan mereka, nafasku sedikit terengah.
"Tentu! Kaja!" Aku merangkul mereka berdua, berjalan berdampingan menuju kantin.
"Kalian tahu tidak, Hyena?" Aku dan Yooji menoleh, menatap Jieun yang sedang berjalan di samping kiriku. Wajahnya terlihat bersemangat dengan sedikit gosip di matanya.
"Kenapa dengan dia?" tanyaku penasaran.
"Kudengar dia dijodohkan oleh kedua orang tuanya, dan sebulan lagi ia akan menikah!" ucap Jieun, dengan nada sedikit dramatis.
"Mwoya!" Aku dan Yooji berseru serentak, kaget. Kami berdua saling pandang, tidak percaya.
"Waeyo? Kalian tidak tahu?" Jieun menatapku dan Yeona, heran.
"Tidak sama sekali! Kau tahu dari mana?" Aku menatapnya, benar-benar penasaran.
"Ah, aku tahu dari eomma-ku. Tadi pagi eomma-ku membahasnya dengan appa-ku," jawab Jieun, lalu mendudukkan dirinya di salah satu kursi kantin yang kosong. Ya, kami memang sudah tiba di kantin.
"Wah, jika aku jadi dia, aku pasti tidak akan mau!" seru Yooji, sambil menggelengkan kepalanya. Aku mengangguk setuju dengan perkataannya. Gagasan perjodohan masih terdengar kuno bagiku.
"Yak! Kau mengatakan tidak sekarang, tapi bagaimana jika yang dijodohkan denganmu itu adalah namja tampan yang sangat kau sukai?" Jieun menatap Yooji dengan seringai menggoda.
"Yak... Yak! Jangan bilang Sunbae yang selalu diceritakan Hyena waktu itu?!" Aku memukul meja kantin saat menyadari kemungkinan itu. Mataku membelalak.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
AcakSeventeen x you disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng.. bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu.. Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
