Aku menghembuskan nafasku lagi saat mengingat perkataan appa-ku barusan. Yah, sejak tadi aku hanya diam duduk di sudut kafe milikku, terdiam setelah mengobrol dengan appa. Atensi ku teralihkan saat aku melihat seorang namja berjalan ke arahku. Ia mendudukkan dirinya di sampingku dan mengusap kepalaku dengan lembut.
"Apa terjadi sesuatu? Kenapa dengan wajahmu, sayang?" tanyanya, suaranya dipenuhi kekhawatiran sambil menatapku dalam-dalam.
"Wonwoo!" panggilku, menatapnya dengan pandangan campur aduk antara kesal dan tak percaya.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi pada appa, astaga aku tidak habis pikir. Bagaimana bisa seorang Namja yang usianya hampir kepala empat menyukai seorang gadis yang usianya hampir sama denganmu?" Aku berbicara dengan nada heran, wajahku masih dipenuhi kebingungan.
Yah, Namja yang ku maksud tadi adalah Wonwoo, lebih tepatnya Jeon Wonwoo, kekasihku. Kami sudah berkencan sejak aku masih duduk di sekolah menengah atas dan Wonwoo di bangku perguruan tinggi. Usiaku dan Wonwoo memang terpaut tiga tahun.
"Bisa saja, sayang, cinta tak mengenal usia, (y/n)-ya," ucapnya lembut sambil mengusap pipiku, mencoba menenangkan.
"Aku tahu! Tapi kenapa harus dengan gadis yang usianya jauh berbeda?" Nada bicaraku sedikit meninggi, rasa frustrasi ku tak bisa disembunyikan.
"Abeoji mungkin menemukan rasa nyaman dengan gadis itu, itu sebabnya ia menyukainya."
"Wonwoo!" ucapku kesal sambil memukul lengannya pelan.
"Apa kau tahu appa berencana menikahi gadis itu, dan kau akan mempunyai ibu mertua yang usianya tidak jauh berbeda darimu!" jelas ku, mataku membulat.
"Aku tahu, Abeoji sudah menceritakan ini dengan appa-ku. Lalu kenapa? Aku tidak masalah dengan itu, lagipula akan seru bukan mempunyai ibu mertua yang memiliki umur yang tak jauh berbeda?" ucapnya santai, seolah tak ada masalah.
"Sudahlah, kau memang tak memihak ku!" ucapku sambil beranjak dari kursi.
"Hai, kau mau ke mana?" ucapnya sambil memegangi tanganku, menghentikan langkahku.
Aku hanya diam, menatapnya dengan wajah merajuk.
"Duduklah, sayang. Mianhae jika perkataanku membuatmu kesal," ucapnya sambil menarik ku untuk duduk kembali di sampingnya.
Aku hanya diam sambil duduk lagi di sampingnya, menyilangkan tanganku di dada, menunjukkan kekesalanku.
"Dengar, aku tidak mempermasalahkan semua ini. Eomma dan appa juga tidak masalah dengan semua ini. Yang terpenting sekarang adalah kau bahagia dan abeoji juga bahagia," ucapnya sambil menangkup kedua pipiku, memaksaku menatap matanya.
Aku tak menjawabnya dan hanya diam, masih merajuk.
"Kau masih kesal padaku?" ucapnya lagi, nada suaranya sedikit melunak.
Aku diam dan menatapnya.
"Baiklah, mungkin ini membantu," ia berbicara dengan senyum tipis, lalu tiba-tiba mengecup bibirku singkat.
"Yak! Suruh siapa kau mengecup bibirku!" ucapku, pipiku sedikit merona karena terkejut.
Ia hanya tersenyum simpul sambil memelukku erat, seolah tak peduli dengan omelanku.
Sebulan kemudian...
Semenjak kejadian itu, appa semakin dekat dengan gadis itu. Appa juga berencana untuk mengajakku bertemu dengannya jika aku sudah tidak sibuk lagi, yah, aku memang tengah sibuk dengan skripsiku. Aku ini mahasiswa tingkat akhir yang sedang berjuang keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
RandomSeventeen x you disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng.. bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu.. Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
