JUN (2)

1.6K 156 5
                                        

Aku memasuki kamarku dan tak lupa menguncinya. Aku langsung menjatuhkan diriku di tempat tidur.

"Astaga, kenapa dengan jantungku ini? Ish, mana mungkin aku... Ah, sudahlah." Aku menutup wajahku dengan bantal tidur dan berusaha mengontrol detak jantungku yang tak karuan sejak tadi.

Aku menggeliat saat mendengar suara pintu kamar. Aku langsung beranjak dan membuka pintunya.

"Kau bilang akan mengerjakan tugas kuliahmu, tapi lihat, kau baru saja bangun tidur, kan?"

"Kau belum pulang? Maaf, aku tak sengaja." Aku menatapnya.

"Sekarang obati lukaku!" Ia berucap sambil memasuki kamarku.

"Yak! Keluar dari kamarku sekarang!" Aku menariknya keluar.

"Tidak, sampai kau mengobati lukaku!" Ia membalikkan tubuhnya.

"Keluar, kubilang!" Aku mencoba menariknya kembali, namun saat kulakukan, aku malah terpeleset dan jatuh menimpanya.

Aku menatap mata dalamnya hingga aku merasakan detak jantungku yang berdetak sangat cepat. Saat aku menyadari, aku bangun dan mengalihkan pandanganku.

"Ehem, keluar. Aku akan mengobati mu di ruang tengah karena kita hanya berdua di rumah." Aku bicara tanpa menatapnya.

"Araseo, aku akan menunggumu di ruang tengah." Ia berjalan keluar kamarku.

Aku menutup kembali kamarku dan memegang wajahku. Benar dugaanku kalau wajahku sudah merah seperti tomat dan sangat panas.

Aku berjalan mendekatinya dan duduk di sampingnya. Aku juga berusaha mengontrol detak jantungku dan wajahku agar tak memerah seperti tadi.

Aku tak menatapnya dan menyiapkan salep untuk ku oleskan pada wajahnya. Ia memiringkan duduknya agar aku lebih mudah mengobatinya.

Aku melihatnya menutup mata. Aku memandang wajahnya dan merasakan detak jantungku kembali seperti tadi. Aku menghembuskan nafasku dan mulai mengobatinya.

"Apa aku masih membuatmu gugup?" Ia tiba-tiba membuka matanya.

"Aku ti..." Aku terkejut saat ia dengan tiba-tiba mendekatkan wajahnya padaku.

"Haha, ayolah, aku hanya bercanda," jawabnya sambil menggelengkan kepalanya.






































2 Minggu kemudian...

Yah, semenjak kejadian dua minggu lalu, aku merasakan hal-hal aneh yang kurasakan. Seperti saat ini, aku tengah makan malam bersamanya, Eomma, dan Appa. Ia bilang ingin membalas perlakuan baik kedua orang tuaku kepadanya selama ini.

Aku menatap sekilas padanya, dan kembali mengontrol jantungku yang berdetak cepat sejak tadi.

"Oh, kau Tuan Jun, kan?" Aku melihat seseorang menyapanya.

"Wah, Tuan Son, lama tak bertemu," jawabnya sambil berdiri dan berjabat tangan.

"Benar. Kau datang dengan siapa?" Namja tadi melihat aku, Eomma, dan Appa.

"Ah, keluarga ku," jawabnya sambil tersenyum.

"Loh, bukankah keluargamu ada di Cina?" ucap namja tadi sambil menatap Jun.

"Ah iya, tapi mereka sudah seperti keluarga untuk ku. Mereka benar-benar baik kepada ku yang hanya orang asing, yang menyewa apartemen yang mereka miliki. Bahkan meski aku jauh dari Appa dan Eomma-ku, tapi terasa dekat karena mereka memperlakukan ku seperti anaknya sendiri, terlebih putri mereka sangat cantik, kan?" ucapnya panjang lebar.

SEVENTEEN IMAGINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang