2 bulan kemudian...
Sudah dua bulan berlalu semenjak aku dinyatakan hamil, dan entah kenapa, aku merasa semakin manja pada Wonwoo. Mood ku juga sering berubah-ubah belakangan ini. Hari ini, setelah berjalan-jalan dengan Eomma, aku berniat bertemu Wonwoo di rumah sakit untuk makan malam bersamanya di luar. Sengaja aku tak memberitahunya jika aku akan datang.
Senyumku mengembang saat aku sampai di depan pintu ruangan Wonwoo. Namun, saat aku hendak membukanya, aku mendengar suara percakapan di dalam sana yang sepertinya membicarakan diriku. Yah, tadi selintas aku mendengar namaku disebut, jadi aku membuka perlahan pintu ruangannya untuk melihat siapa yang sedang mengobrol dengan Wonwoo dan mengapa mereka menyebut namaku.
"Bagaimana keadaan (y/n) sekarang? Apa dia masih menyulitkan mu, Hyung?" tanya dari sebuah suara yang ku kenali sebagai Dokter Lee.
"Huh, bukannya wajar wanita hamil menyulitkan suaminya?" jawab Changkyun dengan nada datar.
"Eyy, kau seperti tidak tahu Wonwoo Hyung saja seperti apa," sahut Dokter Im, teman Wonwoo.
"Tidak sama sekali, yang membuatku sulit saat dia ingin terus bersamaku," tukas Wonwoo.
"Waeyo? Ah, apa karena kau merasa tak bisa atau kau merasa canggung padanya?" tanya Dokter Lee lagi.
Aku hanya melihat Wonwoo tak menjawabnya dan malah mengangkat cangkirnya.
"Wonwoo! Boleh aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Dokter Im, suaranya terdengar serius.
Aku melihat Wonwoo hanya mengangguk.
"Apa kau menikahinya karena mencintainya? Apa ada rasa cinta di hatimu untuk (y/n) terlepas dari perjodohan kalian?"
Aku yang mendengarnya langsung memasang kupingku untuk mendengar jawabannya. Yah, meski Wonwoo bersikap perhatian dan baik padaku, ia sama sekali tidak pernah membalas ucapanku ketika aku mengucap rasa cintaku padanya.
"Ani, aku hanya kasihan padanya dan ingin melindunginya dari orang-orang yang berusaha menyakitinya, karena ia memiliki nasib yang sama dengan Yoohee. Jadi aku tidak ingin ia mengakhiri hidupnya seperti Yoohee, terlebih sekarang ia sedang mengandung anakku, darah dagingku."
Aku yang mendengar jawabannya darinya langsung mengepalkan tanganku. Dadaku terasa sesak. Aku langsung melangkah mundur dari depan pintunya dan pergi dari sana dengan langkah gontai, air mata sudah membendung di pelupuk mataku.
Aku duduk melamun cukup lama di taman dekat Sungai Han, air mata tak henti-hentinya mengalir membasahi pipiku. Aku juga tidak peduli dengan rasa dingin yang kurasa karena pakaianku yang sudah basah kuyup ini. Yah, tadi saat aku meninggalkan rumah sakit, hujan turun sangat deras. Aku merasa hancur, semua harapan yang ku bangun seolah runtuh dalam sekejap.
Lamunanku teralihkan saat aku kembali merasakan ponselku berbunyi. Aku mengambilnya, namun kemarahanku memuncak. Tanpa pikir panjang, aku melempar ponsel itu dan menginjaknya berulang kali sehingga ponselku hancur. Aku mengambilnya dan menatap ponselku yang sudah hancur ini.
"Aku tidak butuh belas kasihan darimu, dan kau, kenapa kau membawa kebahagiaan di hidupku namun kau juga membawa rasa sakit untukku," gumamku seraya meremas ponsel yang sudah tak berbentuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
AléatoireSeventeen x you disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng.. bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu.. Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
