Aku kembali tersenyum bahagia ketika melihat foto yang terpajang di ruang tengah rumah ini. Sepintas, semua kejadian buruk itu kembali terlintas di benakku - hal-hal dan kejadian sulit yang pernah ku alami semasa sekolah menengah atas. Kejadian yang tak akan pernah kulupakan, bahkan aku masih mengingat satu per satu wajah orang yang mem-bully, merendahkan ku, dan bahkan menghina penampilanku.
Aku sampai tak habis pikir kenapa mereka melakukan hal itu padaku. Jika saja waktu itu eomma tidak membawaku pergi dan pindah dari lingkungan dan sekolah itu, mungkin aku sudah bunuh diri. Untung saja Tuhan masih baik padaku sehingga eomma membawaku pergi dan pindah dari lingkungan dan sekolah itu, hingga akhirnya suatu ketika aku dipertemukan dengan namja yang baik, yang menerima aku apa adanya, hingga aku merasa dihargai kembali dan mendapatkan kepercayaan diriku lagi.
Aku melangkahkan kakiku menuju taman belakang dengan sebuah nampan berisi camilan dan minuman. Aku tersenyum ketika mendengar gelak tawa dari namja yang sedang mengerjai bayi laki-laki di hadapannya.
"Jun, berhenti menjahili anakmu! Lihat wajahnya sudah kesal karena kelakuanmu," ucapku sambil mendudukkan diri di sampingnya.
"Haha, lihat, (y/n)-ya, menggemaskan bukan wajah Jinhyuk saat memakan lemon yang kuberikan?" ia berbicara sambil tertawa dan menatapku.
Yah, Namja yang ku maksud tadi adalah Wen Junhui, ia adalah suamiku. Dialah orang yang membuatku kembali mendapatkan kepercayaan diriku lagi setelah merasa tak dihargai dan bahkan dihina karena penampilanku. Yah, penampilanku itu jauh dari gadis-gadis kebanyakan, bisa dibilang cupu, sangat cupu. Mengenai Jinhyuk, Jinhyuk adalah anak pertama kami, anakku dan Jun. Kami menikah setelah tiga tahun berpacaran. Usia Jinhyuk kini sembilan bulan, dan usia pernikahan aku dan Jun sudah memasuki tahun kedua bulan ini.
Dan saat itulah bayi laki-laki bernama Jinhyuk itu mulai menangis kencang.
"Omo... omo, kau kesal ya, sayang? Nah, berhenti menangis karena Eomma punya camilan yang Jinhyuk suka," ucapku sambil membawanya ke pangkuanku dan memberinya camilan kesukaannya.
Aku melihat Jinhyuk berhenti menangis dan mulai asyik memakan camilannya. Aku mengusap pipinya yang basah karena air matanya tadi.
"Aigoo, apa itu enak, Nak? Apa appa boleh merasakannya? Aaa.." ucap Jun sambil mendekatkan wajahnya pada Jinhyuk.
Aku tersenyum saat Jinhyuk memalingkan wajahnya, sebelum memalingkan Jinhyuk sempat memukul wajah Jun pelan dengan tangan mungilnya.
"Aigoo, Eomma, Jinhyuk memukul wajah appa dan tak membagi camilannya!" Jun berbicara dengan berpura-pura menangis dramatis.
Jinhyuk menoleh dan menatap Jun dengan mata berbinar, masih asyik memakan camilannya.
Aku hanya tersenyum melihat interaksi menggemaskan mereka.
Hingga Jinhyuk tiba-tiba menyodorkan setengah camilannya pada Jun.
"Haha, Jinhyuk, kau habiskan saja cemilan mu, jangan berikan pada Appa-mu!" ucapku sambil menarik tangannya untuk menjauh dari Jun.
Jinhyuk menatapku dan beralih pada Jun.
"Euh, Eomma benar. Habiskan cemilan mu, Appa punya yang lain," ucap Jun sambil mengangkat camilan yang lain yang baru dikeluarkannya dari saku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
RandomSeventeen x you disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng.. bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu.. Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
