31.JUN

1.5K 85 7
                                    

Aku kembali tersenyum bahagia ketika melihat foto yang terpajang diruang tengah rumah ini, sepintas aku kembali mengingat semua kejadian buruk itu lagi hal-hal dan kejadian yang sulit, yang pernah ku alami semasa sekolah menengah atas waktu itu, kejadian yang tak akan pernah ku lupakan, bahkan aku masih mengingat satu persatu wajah orang yang membully, merendahkan ku dan bahkan menghina penampilan ku.

Aku sampai tak habis berpikir kenapa mereka melakukan hal itu pada ku, jika saja waktu itu eomma tak membawa ku pergi dan pindah dari lingkungan dan sekolah itu mungkin aku sudah bunuh diri, untung saja tuhan masih baik pada ku sehingga eomma membawa ku pergi dan pindah dari lingkungan dan sekolah itu, hingga akhir suatu ketika aku dipertemukan dengan namja yang baik dan menerima ku apa adanya hingga aku merasa diharga kembali dan mendapatkan kepercayaan diri ku lagi.


Aku melangkah kaki ku menuju taman belakang dengan sebuah nampan berisi cemilan dan minuman, aku tersenyum ketika mendengar gelak tawa dari namja yang sedang mengerjai bayi laki-laki dihadapannya.

"Jun berhenti menjahili anak mu, lihat wajahnya sudah kesal karna kelakuan mu" aku berbicara sambi mendudukan diri ku disampingnya.

"Haha lihat (y/n)-ah mengemaskan bukan wajah jinhyuk saat memakan lemon yang kuberikan" ia berbicara sambil tertawa dan menatap ku.

Yah namja yang kumaksud tadi adalah Wen junhui, ia adalah suami ku. Ia lah orang yang membuat ku kembali mendapatkan kepercayaan diri ku lagi setelah merasa tak dihargai dan bahkan dihina karna penampilan ku. Yah penampilan ku itu jauh dari gadis-gadis kebanyak, bisa dibilang cupu sangat cupu. Mengenai jinhyuk, jinhyuk adalah anak pertama ku dan jun, kami menikah setelah tiga tahun berkencan. Usia jinhyuk kini sembilan bulan, dan usia pernikahan aku dan jun sudah memasuki tahun kedua bulan ini.

Dan saat itu lah bayi laki-laki bernama jinhyuk itu menangis.

"Omo.. Omo, kau kesal iya sayang. Cah berhenti menangis karna eomma punya cemilan yang jinhyuk suka" ucap ku sambil membawanya kepangkuan ku dan memberinya cemilan kesukaannya.

Aku melihat jinghyuk berhenti menangis dan memakan cemilannya, aku mengusap pipinya yang basah karna air matanya tadi.

"Aigoo, apa itu enak nak?? Apa appa boleh merasakanya a..a..a" ucap jun sambil mendekatkan wajahnya pada jinhyuk.

Aku tersenyum saat jinghyuk memalingkan wajahnya, sebelum memalingkan jinghyuk sempat memukul wajah jun pelan.

"Aigoo, eomma jinhyuk memukul wajah appa dan tak membagi cemilannya" jun berbicara dengan berpura-pura menangis.

Jinghyuk menoleh dan menatap jun dengan masih memakan cemilannya.

Aku hanya tersenyum melihat interaksi mereka.

Hingga jinhyuk menyodorkan tengah cemilannya pada jun.

"Haha jinghyuk kau habiskan saja cemilan mu, jangan belikan pada appa mu" ucap ku sambil menarik tangannya untuk menjauh dari jun.

Jinghyuk menatap ku dan beralih pada jun.

"Euh, eomma benar habiskan cemilan mu appa punya yang lain" ucap jun sambil mengangkat cemilan yang lain.

Sontak itu membuat jinghyuk melepas cemilan biskuit ditangannya dan beralih untuk mengambil cemilan ditangan jun.

"Jangan sayang, kau belum bisa memakannya" ucap jun sambil memasukan semua cemilan jelly ke mulutnya.

Tak lama setelah itu aku mendengar suara seseorang yang tak asing untuk ku memanggil aku dan jun, sontak itu membuat ku dan jun menoleh.

"Hyung, nunna" panggilnya sambil berlari kecil kearah kami.

SEVENTEEN IMAGINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang