POV Author..
Jeonghan melangkahkan kakinya keluar dari rumah kediaman keluarga Yoon, hembusan angin pagi terasa dingin menyentuh kulitnya, namun bukan itu yang membuatnya terhenti. Sebuah kegelisahan aneh merayapi hatinya, seperti ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang penting.
"Kenapa dengan ku ini? Kenapa akhir-akhir ini aku merasa hal aneh yang terjadi pada diriku?" gumamnya, suaranya nyaris tak terdengar. Matanya menatap kosong ke depan, mencoba memahami gejolak batinnya.
"Itu mungkin karena kau melepas cinta sejati mu, Hyung." Sebuah suara renyah memecah keheningan, menarik Jeonghan dari lamunannya.
Jeonghan menoleh, menemukan Mingyu berdiri tak jauh di belakangnya, dengan senyum tipis yang selalu menenangkan. Aura tenang Mingyu selalu bisa sedikit meredakan kekacauan di hati Jeonghan.
"Apa kau tidak menyadarinya, Hyung?" tanya Mingyu lagi, kali ini nada suaranya lebih serius.
"Maksudmu Tuan Kim?" Jeonghan bertanya, bingung dengan arah pembicaraan Mingyu. Sejak kapan Mingyu menjadi begitu filosofis?
"Cinta yang saat ini kau rasakan hanya cinta semu, berbeda dengan cinta yang dimiliki (y/n). Cintanya itu nyata dan tak bisa dihapuskan," ucap Mingyu sambil menatap Jeonghan lurus, seolah ingin menembus dinding pertahanan yang dibangun Jeonghan. Kata-kata Mingyu menusuk tepat ke ulu hati Jeonghan, meninggalkan jejak perih yang tak bisa dijelaskan.
Jeonghan hanya diam, menatap Mingyu yang kini menjadi lawan bicaranya. Pikirannya kalut, mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan Mingyu. Lamunannya teralihkan saat Mingyu menepuk bahunya, sentuhan yang lembut namun tegas.
"Hyung, cepatlah ingat. Aku tidak ingin melihatmu menyesal nantinya. Aku masuk dulu, Hyung," ucap pemuda itu, lalu berbalik dan berjalan masuk ke dalam rumah, meninggalkan Jeonghan sendiri dalam kebingungan dan penyesalan yang mulai merayap.
Jeonghan tak bergeming, terpaku di tempatnya, sebelum akhirnya memutuskan untuk melangkah pergi, membawa beban pikirannya yang semakin berat.
POV Author end..
Tanganku sibuk merapikan dan membereskan semua barang-barangku serta milik Jeonhyu ke dalam koper. Yah, keputusanku sudah bulat. Aku akan pergi dari rumah ini, membesarkan Jeonhyu sendirian, dan memulai kehidupan baru hanya bersamanya. Udara di dalam kamar terasa sesak, namun tekadku lebih kuat dari rasa sesak itu.
Kesibukanku teralihkan saat mendengar suara pintu kamarku yang terketuk pelan, lalu perlahan terbuka. Aku menoleh dan melihat Mingyu berdiri di ambang pintu, dengan ekspresi sedikit cemas.
"Hai, Mingyu, masuklah," ucapku sambil tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang membanjiri hatiku.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya, matanya menyapu koper-koper yang sudah terisi penuh.
"Mengepak barang untuk kubawa nanti," jawabku santai, meskipun dalam hati ada secuil rasa bersalah.
"Memang kau akan kemana? Ayolah, jangan bilang kalau kau mau ikut juga bersama kami nanti?" Mingyu melangkah masuk, ekspresi di wajahnya berubah menjadi lebih serius. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
RastgeleSeventeen x you disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng.. bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu.. Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
