POV Jeonghan..
Aku terus memperhatikan (y/n) yang memang sejak tadi matanya terpaku pada Jun, yang sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya. Udara malam terasa dingin di area pesta kelulusan ini, namun sorakan dan tawa masih memenuhi telingaku. Tiba-tiba, salah satu teman Jun beranjak dan berdiri di depan kami, suaranya menggelegar di tengah keramaian.
"Oke teman-teman, karena ini hari penting untuk teman kita yang bernama Jun, ayo kita bersulang untuk Jun dan untuk kelulusan kita!" ucapnya sambil berteriak, semangatnya menular ke seluruh ruangan.
Sorak-sorai pun pecah, riuh rendah menyambut perkataan temannya. Namun, kegembiraan itu sedikit terusik ketika dia kembali melanjutkan ucapannya.
"Ah, aku lupa! Untuk hubungan Jun dan Hyerim juga! Maafkan aku, Jun, Hyerim, aku lupa bilang," ucapnya sambil tertawa canggung.
Hatiku mencelos mendengar perkataan itu. Cukup terkejut, aku menoleh ke arah (y/n). Kulihat ia hanya mengerjapkan matanya berulang kali, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Wajahnya yang ceria kini sedikit memudar.
"Aku tahu kalian pasti bingung dengan apa yang dibicarakan Hoshi tadi, biar ku jelaskan. Aku dan Hyerim resmi menjadi sepasang kekasih satu minggu lalu," ucap Jun sambil menatap Hyerim dengan senyuman yang begitu tulus, senyuman yang seperti pisau mengiris hatiku.
Lagi, kulihat sekarang (y/n) malah merundukkan kepalanya, menyembunyikan ekspresi yang pasti penuh luka. Aku ingin sekali memeluknya, menenangkan, tapi aku tahu ini bukan saatnya.
"Dino, Jeongmin, (y/n), maaf karena tidak memberi tahu kalian tentang hubunganku dengan Hyerim," ucapnya, suaranya terdengar sedikit bersalah.
"Oke-oke, sekarang kalian sudah tahu, kan? Jadi mari berpesta!" seru Hoshi kembali, berusaha mencairkan suasana yang sedikit tegang.
Setelah itu, aku melihat (y/n) bangkit dan berjalan pergi. Tanpa pikir panjang, aku yang tidak ingin terjadi sesuatu padanya, langsung mengikutinya, mengabaikan keramaian di belakangku.
Cukup lama aku memperhatikannya yang hanya terduduk diam di kursi taman dekat Sungai Han. Angin malam menerpa rambutnya, menambah kesan sendu pada siluet tubuhnya. Aku merasa hatiku ikut nyeri melihat punggungnya yang bergetar. Hingga aku mendengar suara isak tangis yang terdengar semakin keras, memecah kesunyian malam. Aku tak sanggup lagi melihatnya seperti ini, dadaku terasa sesak. Aku langsung berjalan ke arahnya, menyampirkan jas yang kupakai di atas kepalanya, berharap bisa memberinya sedikit kehangatan dan perlindungan.
Aku melihat ia mendongak untuk menatapku, matanya sembab dan wajahnya basah oleh air mata. Aku hanya memberinya senyuman tipis, berusaha setenang mungkin, sambil mengusap kepalanya lembut.
"Oppa!" panggilnya dengan suara yang serak dan pelan, seperti bisikan angin.
"Menangislah jika itu bisa membuatmu lebih baik," ucapku sambil duduk di sampingnya, membiarkan dia bersandar padaku.
"Oppa! S-sudah kukatakan aku ti-tidak ingin m-masuk tadi," ucapnya terbata-bata, menyalahkan diri sendiri.
"Siutt, sudahlah, tak perlu menyalahkan yang sudah terjadi sekarang," ucapku menenangkan, sambil kembali mengusap kepalanya, berharap bisa menghapus sedikit bebannya.
Ia hanya mengangguk, masih terisak, namun perlahan tangisnya mulai mereda.
Aku mengusap kembali pipinya yang basah karena air matanya tadi, membiarkan jemariku merasakan kehangatan kulitnya. Kulihat ia kembali meneguk air minum yang ada di tangannya, seolah ingin menghilangkan jejak kesedihan. Ia juga kembali menghembuskan napasnya, seperti membuang semua beban di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
De TodoSeventeen x you disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng.. bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu.. Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
