37.WOOZI

1.7K 107 9
                                        

Aku kembali menitihkan air mataku saat kembali mengingat kejadian yang membuatku kehilangan mereka. Aku tersentak saat aku merasa sebuah lengan merangkulku dan mengusap bahuku.

"Jangan menangis lagi, jika kau terus menangis saat kau datang kemari itu akan membuat kedua orang tuamu semakin bersedih karena tidak melihat anak mereka satu-satunya tidak bahagia meski sudah menikah dan akan segera punya anak," ucapnya sambil menatapku.

"Maafkan aku, Woozi. Air mataku terjatuh begitu saja saat aku melihat foto mereka," jawabku sambil mengusap pipiku.

Yah, Namja yang merangkulku saat ini adalah Woozi, Lee Woozi. Dia juga adalah suamiku. Kami sudah menikah sejak dua tahun lalu dan setelah dua tahun lamanya kami akhirnya diberikan keturunan.

Woozi ini adalah anak dari sahabat Appa-ku. Dan tentang kedua orang tuaku, mereka meninggal dunia karena mengalami kecelakaan pesawat saat mereka akan kembali dari London. Yah, Appa dan Eomma-ku memang sering bepergian untuk mengurus bisnisnya, itu sebabnya mereka selalu menitipkan aku kepada kedua orang tua Woozi karena mereka tidak ingin aku sendirian. Mereka menitipkan aku pada kedua orang tua Woozi semenjak Halmeoni meninggal dunia.

"Tak apa, ini untuk yang terakhir kalinya kau menangis saat kemari. Apa kau sudah memberitahu eommani dan Abeoji?"

"Aigoo, aku hampir lupa. Eomma, Appa, sekarang aku sedang mengandung anak pertamaku dan Woozi. Eomma dan Appa, apa kalian tahu aku begitu senang saat mengetahui jika aku sedang mengandung saat ini. Ah, iya, usia kandunganku masih dua minggu. Aku berjanji setiap bulannya setelah aku mengecek cucu kalian, aku akan kemari bersama Woozi dan memberitahukan perkembangan cucu kalian," jelas ku panjang lebar.

"Eomonim dan Abeoji tak perlu khawatir, aku akan terus menjaganya dan membahagiakannya," ucapnya.

Aku menoleh saat aku mendengar Woozi berkata seperti itu.

"Aku juga akan menjaga cucu kalian sampai ia lahir dengan selamat ke dunia ini," ucapnya lagi.

"Eomma, Appa, berbahagialah disana, karena aku juga bahagia di sini. Kalian tak perlu khawatir padaku karena sekarang aku tidak sendirian lagi," ucapku sambil merunduk kepalaku.

"Kalau begitu aku pamit sekarang, aku janji besok aku akan kembali ke sini," ucapku lagi sambil menampilkan senyum tipis ku.

"Eomonim, Abeoji, kami permisi," ucap Woozi.

Woozi menggandeng tanganku dan berjalan pergi.










































Aku mendudukkan diriku di tepi ranjang sambil menaruh baju tidur Woozi. Yah, kami sudah sampai sejak tadi di rumah keluarga Woozi lagi. Bahkan sekarang Woozi sedang mandi. Kami sebenarnya memiliki apartemen yang kami tinggali, namun Eomonim menyuruh aku dan Woozi pindah kemari setelah ia mengetahui aku sedang mengandung.

Aku menoleh saat aku mendengar suara pintu kamar mandi yang ada di kamar ini terbuka. Aku tersenyum melihat Woozi yang keluar sambil mengeringkan rambutnya, berjalan mendekatiku.

"Aku sudah menyiapkan mu baju tidur di atas ranjang. Aku akan keluar untuk membantu Eomonim dan Seo ahjumma untuk masak di dapur. Jika kau membutuhkan bantuan, kau panggil aku saja," ucapku sambil hendak pergi.

"Kenapa tidak dari tadi? Kenapa setelah aku selesai mandi kau baru pergi?" ucapnya sukses membuat pipiku merona.

Aku hanya memalingkan wajahku untuk menyembunyikan rona merah di pipiku.

"Ayolah, (y/n)-ya, apa kau masih malu ketika melihat aku berganti baju di hadapanmu?" ucapnya lagi.

"Sudah hentikan, jangan berbicara lagi. Kau sudah tahu jawabnya tapi malah bertanya lagi," ucapku sambil merunduk kepalaku.

SEVENTEEN IMAGINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang