Aku mengusap pipiku yang memang sudah basah karena air mata yang turun sejak aku membereskan semua barang-barangku dan Jinhyuk. Setelah selesai, aku meraih ponselku dan menekan nomor ponsel Hyunjin untuk menghubunginya. Aku berusaha menahan suaraku saat mendengar suara Hyunjin yang sudah mengangkat teleponku.
"Yeoboseyo."
"Ne, Noona."
"Kau sedang dimana sekarang, Hyunjin?"
"Aku sedang di kampus, Noona, wae?"
"Bisa kau menjemput Noona dan Jinhyuk sekarang di kafe?"
"Huh? Wae? Bukankah kafe sekarang sedang tutup?"
"Iya, Noona tahu. Tapi Noona sedang di depan kafe sekarang bersama Jinhyuk."
"Baiklah, aku akan menjemput Noona sekarang, tunggu di sana sebentar ya, Noona."
"Ne, Noona akan menunggumu, jangan lama-lama."
"Ne, Noona."
Aku mengakhiri sambungan teleponku dengan Hyunjin dan memasukkan ponselku pada tasku. Setelah itu, aku mengambil Jinhyuk yang sedang tertidur pulas. Aku bersyukur tadi saat aku dan Jun bertengkar, Jinhyuk tak bangun. Aku menggendongnya perlahan, setelah itu aku berjalan keluar kamar ini sambil menarik koper besarku.
Saat aku melewati ruang tengah, aku mendengar suara Jun berbicara padaku.
"Jangan membawa Jinhyuk pergi. Jika kau ingin pergi, pergilah. Tapi jangan membawa Jinhyuk pergi juga," ucapnya sambil berjalan ke arahku.
Aku mengeratkan pelukanku pada Jinhyuk saat Jun berusaha mengambilnya dariku.
"Jangan menyentuh Jinhyuk mulai hari ini, karena Jinhyuk akan ikut bersamaku," ucapku sambil menepis tangan Jun.
"Cih, atas dasar apa kau melarangku untuk tak menyentuh anakku sendiri?" ia berbicara sambil menatapku.
"Anakmu? Dia anakku, aku yang mengandungnya selama sembilan bulan dan aku juga yang berjuang melahirkannya, aku yang bertarung nyawa untuk melahirkannya," ucapku sambil menatapnya juga.
Jun hanya diam dan kembali ingin mengambil Jinhyuk dariku.
Aku menepisnya dan berjalan meninggalkannya sambil menarik koperku.
Dan saat aku hendak membuka gerbang pintu depan rumah kami, tanganku ditahan oleh Jun.
"Sudah kubilang, jika kau mau pergi, pergi saja tapi jangan bawa Jinhyuk pergi juga," ucapnya.
Aku menepis tangannya dan berujar, "Kau yang bilang jika aku tidak boleh menyentuhmu, tapi sekarang kau yang menyentuhku."
Jun hanya menatapku dengan wajah datarnya sambil kembali berusaha mengambil Jinhyuk dari gendonganku. Aku terus berusaha menepis lengannya dan mencegah Jun untuk mengambil Jinhyuk dariku. Namun seketika gerakan Jun terhenti saat ia mendengar suara tangis dari Jinhyuk. Yah, sepertinya Jinhyuk merasa terganggu jadi dia menangis cukup kencang.
"Gwaenchana Jinhyuk-ya, Eomma di sini, siutt," ucapku sambil mengusap punggungnya.
Aku melihat Jun hanya diam sambil memperhatikan kami. Yah, ini adalah kesempatanku untuk berjalan pergi meninggalkannya.
Aku berhenti berlari saat melihat mobil Hyunjin sudah berada di depan kafe Eomma. Aku berjalan dengan cepat kearah mobil Hyunjin. Aku melihat Hyunjin turun dari mobilnya dan menatapku.
"Oh, Hyunjin-ya, tolong bantu Kakak memasukkan kopernya," ucapku sambil menatapnya.
"Ada apa ini, Noona? Kenapa kau membawa koper sebesar ini, dan kenapa juga kau berlari menuju kemari?" tanyanya sambil menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
RandomSeventeen x you disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng.. bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu.. Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
