Seventeen x you
disini tempatnya buat kalian ngehalu bareng..
bisa bayangin dong jadi bagian dari kehidupan para member seventeen meski halu..
Nantinya bukan hanya all member seventeen yang ada dicerita ini karena nantinya aku bakal masukin bebera...
Tak terasa waktu berlalu begitu saja. Aku sudah berada di proyek baruku lagi, proyek yang satu tahun lalu telah selesai dan sesuai rencana. Saat ini, aku baru saja mendarat di Seoul setelah perjalananku ke Jeju lima hari yang lalu. Begitu aku keluar dari pintu bandara, mataku langsung menangkap sosok seorang namja yang tengah memegang sebuket bunga, tersenyum hangat ke arahku.
Aku berlari kecil menghampirinya. Saat sudah dekat, aku langsung menerjangnya, memeluknya erat, dan mengecup pipinya.
"Aku juga, (y/n)-ya. Bagaimana pekerjaanmu di sana? Berjalan lancar, kan? Dan kau tidak perlu ke sana lagi?" tanyanya, menatapku penuh perhatian.
Aku mengambil buket bunga yang dipegangnya dan menghirup wanginya yang semerbak. "Tidak mungkin, Oppa. Nanti kalau Tuan Im membutuhkan bantuanku lagi, aku pasti akan ke sana. Terima kasih, bunganya sangat indah," kataku sambil tersenyum tulus padanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tuan Im tidak butuh bantuanmu lagi. Aku yang membutuhkanmu, (y/n)-ya," ujarnya dengan wajah cemberut yang menggemaskan.
"Ayolah, Jeonghan Oppa, berhenti memasang wajah seperti itu! Kau membuatku ingin menciummu kalau kau terus-menerus cemberut," godaku, menatapnya geli.
Yah, Namja yang ku maksud adalah Yoon Jeonghan, alias Sekretaris Yoon. Aku dan dia sudah berkencan sejak satu tahun lalu, tepatnya sejak insiden di lokasi pembangunan itu. Aku resmi menjalin hubungan dengannya. Aku bahkan sudah mengenal cukup baik keluarga Jeonghan Oppa. Mereka bahkan seringkali menyiratkan keinginan agar kami segera menikah dan memberi mereka cucu.
"Cium saja kalau kau berani," tantangnya, melipat kedua tangannya di dada.
Aku menatapnya sedikit terkejut mendengar perkataannya tadi, tapi dengan cepat aku mengubah ekspresi wajahku. Melirik sekeliling, memastikan tidak ada yang memperhatikan, aku mengecup bibirnya sekilas.
"Aku berani! Siapa bilang tidak berani?" bisikku padanya, lalu buru-buru masuk ke dalam mobilnya.
Aku melihat Jeonghan tersenyum sambil membuka bagasi dan menyimpan koperku. Setelah selesai, ia langsung masuk dan duduk di kursi kemudi. Ia menatapku sambil tersenyum, lalu mengambil sebuah kotak dari belakang dan memberikannya padaku.
Aku menatapnya curiga. "Apa ini? Kau mau menjahili ku?" "Untukmu, sebagai hadiah hari jadi kita yang pertama. Selamat hari jadi yang pertama, Chagiya," ia mengusap kepalaku sambil tersenyum lembut.
"Benarkah? Wah, kupikir kau lupa hari jadi kita!" seruku tak percaya.
"Mana mungkin aku melupakannya, Chagiya," ia tersenyum penuh kasih.
Aku mulai membukanya dan menemukan sebuah kalung berbentuk kunci dan satu lagi berbentuk hati. Ia mengambil kalung yang berbentuk kunci dan memasangkannya di leherku.