Hari hari berikutnya adalah neraka. Lubang hitam yang Taehyung pikir dia ngga akan terjerumus lagi di dalamnya.
Setiap hari tanpa absen, selama seminggu Taehyung ngga berhenti untuk datang dan membujuk. Berusaha bertemu Jungkook dengan susah payah. Bahkan rela badanya remuk karna orang suruhan papa Jeon.
Taehyung bisa melawan, membawa pasukan yang lebih. Taehyung lebih dari cukup kaya untuk nyewa boadyguard. Tapi di situasi ini, Taehyung mau berjuang sendiri. Memasrahkan dirinya.
Setiap hari Taehyung pulang pergi dari ibu kota ke tempat Jungkook, modal nekat dan cinta. Ah, ngga juga. Taehyung bukan hanya modal gombal basi, nyatanya sampe saat ini Jungkook mkin sehat dan bahagia.
Jungkook diatas adalah perang batin, berusaha membujuk ayahnya sedemikian rupa. Ngga tahan liat Taehyung berjuang seperti itu demi dia.
Saling menguatkan.
Setiap malam, Taehyung masi dengan percakapan idiotnya menenangkan Jungkook. Melapor apa aja yang tadi di bicarakan sama ayahnya, Taehyung jelas menutupi bagian baku hantam dengan orang suruan Papa Jeon.
Lantas Jungkook berusaha tetep senyum buat Taehyung. Menyemangati dan ngingetin hal hal sepele, Jungkook tau Taehyung suka di perhatikan. Lagian itu bukan apa apa, Jungkook menikmatinya.
" Kak, kamu nggapapa ? "
Sudah larut malam, Taehyung rindu. Mereka cuma bisa intip intipan dari balkon kamar Jungkook di atas.
" Memangnya aku selemah itu ! "
Taehyung ketawa, menahan nyeri.
" That was enough kak, stop it "
Jungkook benci melihat Taehyung yang sok kuat.
" Ngga akan pernah ada habisnya Jungkook, apapun itu. Kamu tau aku ngga akan ngelepasin kamu gitu aja "
" It's hurt your self, just take me go from my dad. Aku bakal ikut kak "
Taehyung menggeleng. Dia ngga mau seperti ini, dia mau memulai dan mengakiri segala hal dengan baik.
" Bukan kaya gitu Jungkook caranya. Kamu tenang, kita saling menguatkan "
Jungkook mengangguk lemah. Putus asa. Sambungan di matikan. Waktunya Taehyung istirahat.
Matanya Jungkook sudah memerah dan sembab dari tadi, makanan di meja sama sekali ngga di sentuh. Lidahnya rasa kelu pikiranya kalut.
Jungkook baik baik saja selama duapuluh dua tahun hidupnya sudah terbiasa dalam tekanan papanya. Tapi seseorang dalam tekanan papanya karna dirinya ? Jungkook tau sebegitu sulit.
Kan, nangis lagi. Perkara liat foto mereka yang di jadiin lock screen.
Seketika rasanya bayangan moment mnis mereka berdesakan di otak Jungkook. Kenapa bisa secinta ini ? Entah Jungkook ngga mau mempertanyakan.
Jungkook bersyukur punya Taehyung di sisinya. Tapi Jungkook sakit karna dengan Taehyung di sisinya, itu adalah usaha bunuh diri.
Mukanya di tenggelamkan ke kedua lututnya, badanya menyandar lemah pada pagar balkonya. Membiarkan angin malam mengacak surainya yang berantakan.
Jungkook sulit bernavas karna air matanya terus terusan turun. Frustasi keterlaluan, suara isaknya semakin kencang. Bayangan bayangan itu muncul di benak Jungkook.
Kenapa papanya ngga pernah bisa menerima permintaanya sedangkan papanya selalu menuntut ?
Pertanyaan itu muncul, menggema di telinga Jungkook. Tangisnya semakin keras. Jiwanya memberontak tapi percuma, terus mau apa ? Jungkook bisa apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga. Jjk x Kth
FanfictionJjk x Kth. Tau, aku sedang emosi di situ. Yang kalian baca itu emosiku. Nikmati saja setiap rasanya. Entah, bakal ada konten mature. Taehra.