Edward menatap Claudia yang masih setia menutup matanya dengan gerakan gelisah. Sungguh pria itu tidak tenang, bagaimana jika terjadi sesuatu pada anak yang berada di dalam kandungannya itu? Sial! Bahkan Edward pun belum menemukan bukti jika anak itu adalah darah dagingnya. Jika ia belum menemukan bukti, bagaimana caranya dia bisa meyakinkan awak media gila itu?
Shit!
Semua permasalahan ini membuat kepala Edward serasa ingin pecah.
Sret!
Edward mendorong kursi kayu yang didudukinya dengan kasar sehinga menimbulkan suara yang lumayan mengganggu, untung saja wanita yang saat ini sedang berada di atas tempat tidur rumah sakit itu tengah berada di bawah pengaruh obat bius, sehingga Edward tak perlu takut jika wanita itu akan terganggu.
Drap. Drap. Drap.
Edward melangkahkan kedua kakinya dengan langkah tegas. Pria itu memutuskan untuk keluar dari kamar rawat Claudia yang sangat monoton itu. Sungguh, warna putih bersih yang menghiasi dinding kamar itu semakin membuat Edward merasa stress dan tertekan.
Pria itu terus melangkahkan kakinya menuju ke taman depan rumah sakit terkenal ini. Taman itu memiliki banyak kursi yang berjajar rapi di beberapa titik tertentu, pohon – pohon hijau besar yang menghiasi taman itu menambah kesejukan taman itu. Perlu kalian tau, taman itu langsung terhubung dengan gerbang masuk rumah sakit, jadi... siapapun yang sedang berada di taman itu dapat melihat orang – orang berlalu lalang masuk dan keluar dari rumah sakit ini
Tanpa menunggu lama, Edward melangkahkan kakinya mendekati salah satu kursi yang berada di dekat pohon terbesar di taman itu. Udara dingin yang dibawa oleh angin semilir di malam itu tidak mengurungkan niat Edward untuk menjernihkan pikirannya
Dub.
Edward menghempaskan bokongnya dengan kasar ke atas kursi yang terbuat dari besi itu. Edward mendongakkan kepalanya dan ia menatap daun – daunan pohon besar itu melingkupi dirinya.
Senyum kecil langsung menghiasi wajah Edward. Sejak dirinya berusia 6 tahun dulu, pohon besar selalu menjadi tempat yang sangat menenangkan bagi Edward. Disaat Edward kecil ketakutan karena suara bentakan ibunya dan suara barang – barang yang dipecahkan oleh ibunya kepada ayahnya, Edward kecil selalu berlari menuju ke taman belakang rumah mereka.
Edward kecil akan duduk bersandar di bawah pohon terbesar di taman belakang itu dan menangis sejadi – jadinya. Dia hanya seorang anak lucu yang berusia 6 tahun ketika dirinya mengetahui hubungan pernikahan tak akan pernah berjalan mulus. Edward kecil trauma.
Edward kecil melihat bagaimana ibunya sendiri tertangkap basah membawa pria lain ke rumah mereka, Edward kecil melihat bagaimana ibunya membentak ayahnya dan melempari barang – barang ke ayahnya, Edward kecil juga melihat bagaimana sikap ayahnya yang tetap diam dan membisu. Ayahnya sangat begitu mencintai ibunya, sehingga ayahnya selalu mencoba menutup mata dan telinganya dari segala fakta yang ada.
"Saat ini, aku sudah kehilangan tempatku untuk pulang... lagi. Aku begitu bodoh karena sudah mengutamakan ego ku daripada hatiku, dan akhirnya... seperti ini...semuanya hancur" ucap Edward lirih sembari menatap daun – daun berwarna hijau yang terlihat begitu segar walaupun matahari sudah tidak lagi menampakkan wujudnya.
"Aku... aku hanya tak ingin berakhir seperti daddy yang selalu menggunakan hatinya. Aku tak ingin hancur seperti daddy... tapi... akhirnya juga sama seperti ini" lanjut Edward sembari tersenyum memilukan
Hah...
Akhirnya Edward menghembuskan nafas leganya dengan perlahan. Beban yang dipikulnya sendirian nampak mulai menguap.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Eyes
RomanceHanya satu hal yang diinginkan oleh Lauren Rodriquez - Garcia di dalam kehidupan pernikahannya, yaitu cinta tulus dari suaminya. Rank #1 Pelakor (11 Oktober 2020, dst.) #1 Pernikahan tanpa cinta (17 Oktober 2020, dst) #1 Spanish (17 Oktober 2020, ds...