16. I'm Sorry

24K 1.2K 15
                                    

Dengan sekuat tenaga, Lauren mencoba untuk membuka matanya yang terasa sangat berat. Sejujurnya, dia sangat ingin membiarkan matanya untuk terpejam namun karena egonya yang terlalu besar, Lauren mencoba untuk melawan keinginannya itu

"Hagh..."

Lauren menahan napasnya dengan pelan saat dirinya berhasil membuka kedua matanya.

Hal pertama yang dilihat oleh Lauren adalah seorang wanita bergaun midi berwarna putih yang tengah duduk di sofa. Lauren menyipitkan kedua matanya untuk memperjelas pandangannya yang nampak kabur itu. Wanita itu... apakah wanita itu malaikat? Apakah Lauren sudah mati?

Jika Lauren sudah mati, Edward pasti akan menertawakannya. Edward pasti menertawakan kelemahannya. Edward dan jalang itu pasti menertawakannya.

"Ssshhh..."

Lauren mendesis saat merasakan kepalanya berdenyut – denyut kencang. Lauren tau, denyutan itu pasti muncul karena Lauren mengingat malam kotor itu.

Ah... Lauren masih bisa merasakan rasa sakit di kepalanya, itu artinya... dia belum mati. Syukurlah, setidaknya dia bisa memukul badan kotor jalang yang menemani Edward pada malam itu

"Apa kau baik – baik saja?"

Lauren mengahlihkan pandangannya menuju wanita bergaun putih yang tengah berdiri di samping ranjangnya. Lauren menatap wanita itu dengan sebuah kernyitan di dahinya, wajah wanita itu terlihat familiar. Ah.... Wanita itu adalah dokter yang telah menangani Lauren selama setahun belakangan ini jika Lauren mengalami sakit

Lauren membuka mulutnya dan hendak mengucapkan kalimat bahwa dia merasa dirinya sudah lebih baik. Namun Lauren merasakan ada sesuatu yang mencekat lehernya, Lauren merasa suaranya tidak bisa keluar sedikitpun

"Ha...us..." ucap Lauren putus – putus dengan sekuat tenaganya

Melihat hal itu, dokter wanita itu langsung mengambil segelas air. Dengan telaten, dokter wanita itu menyodorkan sebuah pipet yang berada di gelas itu ke mulut Lauren. Lauren menegak air yang berada di gelas tersebut dengan serakah. Rasa dingin yang mengalir ke kerongkongannya seolah – olah telah memuaskan sesuatu di dalam dirinya

"Terimakasih" ucap Lauren

Dokter wanita itu hanya mengganggukan kepalanya dan tersenyum kecil kepada Lauren.

Lauren mengedarkan pandangannya.

Ah, pantas saja ia merasa familiar. Ini adalah kamarnya sendiri yang sudah disulap menjadi sebuah kamar rumah sakit dadakan.

Hal itu bisa dilihat dari meja di dekat tempat tidur Lauren yang telah diisi alat pacu jantung yang entah apa gunanya, di samping tempat tidur Lauren sudah diisi dengan tongkat infuse yang mengalirkan cairan infus ke tangannya dan jangan lupakan juga keberadaan sebuah meja kecil di samping meja riasnya yang berisi berbagai macam jenis obat – obatan dan jarum suntik.

Lauren mengernyitkan dahinya. Mengapa kamarnya bisa seheboh ini?

"Sudah berapa hari aku pingsan?" tanya Lauren penasaran

"Sekitar 5 hari" jawab dokter wanita itu sambil tersenyum

Lauren langsung membelalakan matanya.

5 hari? Wow..

Ini mungkin akan jadi rekor terlama dirinya pingsan selama hidupnya dan itu semua hanya karena desahan menjijikan dari seorang jalang. Wow. Sulit dipercaya

Ah, tiba – tiba Lauren teringat dengan nyonya dari keluarga Veranno yang menyebabkan semua masalah ini. Jika saja nyonya tua itu tidak mengadu hal yang tidak benar kepada Edward, mungkin saja Lauren tidak akan mengalami hal ini.

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang