97. Uninvited Guests

14K 766 41
                                    

Lauren menorehkan kuasnya di atas kanvas yang ada di hadapannya dengan tatapan kosong. Tubuh wanita itu mungkin masih ada di rumah ini, namun pikiran wanita itu sudah berkelana ke banyak tempat.

Sungguh, pertemuannya beberapa hari lalu dengan Edward masih terasa sangat segar di dalam ingatannya. Wajah terkejut dan bahagia milik pria itu selalu menghantui Lauren setiap Lauren menutup matanya. Jika ceritanya seperti ini, bagaimana bisa Lauren melupakan pria itu?!?

Tapi... bagaimana bisa pria itu berada di Barcelona? Apa pria itu berniat untuk mencari Lauren tanpa mengandalkan bawahan – bawahannya lagi? Tidak, tidak mungkin. Lauren... tolong jangan kembali membuat dirimu jatuh sakit karena harapan – harapan gila yang kau buat!

Jika bukan karena itu... lalu karena apa? Apa ayah Edward masuk rumah sakit? Secara, ayah Edward sudah renta... yah... walaupun ayah Edward masih memiliki jiwa muda yang berkobar – kobar bagaikan api di dalam dirinya.

Hah...

Lauren menghela nafasnya kasar. Semua hal ini membuat dirinya merasa sedikit pusing dan kehilangan moodnya.

"Aku baru tau jika ada bunga matahari yang berwarna merah"

Deg.

Tubuh Lauren tersentak ketika ia mendengar suara berat yang sangat familiar itu. Dengan cepat, Lauren memutar kepalanya dan ia mendapati sosok pria yang tadi mengejutkannya sedang menampilkan senyum jenakanya pada Lauren

"Michelle! Bukankah sudah kukatakan untuk tidak mengejutkanku ketika aku sedang melukis? Kau bisa membuatku merusak lukisan ini!" omel Lauren

"Bukannya lukisan itu memang sudah rusak? Bagaimana bisa ada bunga matahari yang berwarna merah?" tanya Michelle sembari tertawa kecil dan mengarahkan telunjuknya ke kertas canvas Lauren

Lauren mengikuti arah telujuk Michelle tersebut. Kedua matanya membola ketika ia melihat bunga matahari yang digambarnya ternyata memiliki warna merah, bukan warna kuning gradiasi yang sedari tadi sudah diancang – ancangnya.

Shit! Edward patut disalahkan atas semua ini!

"Sepertinya, terlalu lama bermain dengan Mysha membuat dirimu semakin kreatif dalam menggunakan warna ya?" ejek Michelle puas dengan tawanya yang semakin menggelegar

"Diamlah! Kau sangat berisik!" ucap Lauren kesal sembari mengerucutkan bibirnya

Dengan gerakan tidak rela, Lauren menarik kertas canvas itu dari easel kayu yang ada di hadapannya. Sungguh, Lauren sudah menghabiskan waktu selama 1 jam penuh untuk melukis panorama bunga itu, namun Lauren harus menelan pil pahit bahwa perkerjaan yang dikerjakannya selama 1 jam belakangan ini telah rusak.

"Oh iya, dimana Lucia? Apa ia masih bekerja di rumah sakit?" tanya Michelle ketika pria itu berhasil menahan dirinya untuk tidak menertawai kebodohan Lauren

"Ia sedang tidur di kamarnya. Ada apa?" tanya Lauren sembari bangkit dari tempat duduknya dan melepaskan celemek yang melindungi tubuhnya dari cipratan cat lukis yang mungkin akan mengenai pakaiannya sewaktu – waktu

"Ah... aku ingin menemuinya. Aku membawa makanan kesukaan kalian. Mac and cheese!" ucap Michelle sembari tersenyum lebar dan mengangkat sebuah plastik berwarna putih yang sedari tadi digenggamnya

Lauren tersenyum kecil. Pria itu nampak sangat perhatian kepada Lucia, mungkin jika ia tau saat ini Lucia tengah mengandung darah dagingnya, pasti pria itu sangat bahagia.

"Sayangnya, Lucia tak ingin diganggu karena ia baru tidur. Dia baru saja pulang bekerja satu jam yang lalu. Ia sangat lelah" ucap Lauren sembari tersenyum dibalik kebohongannya itu.

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang