48. Say My Name

18.2K 787 87
                                    

Edward melangkahkan kakinya menuju ke pekarangan rumah sakit tempat Lauren dirawat. Hari ini adalah hari ke 5 Lauren di rawat di rumah sakit ini dan hari ke 3 sejak Edward menemui ayahnya terakhir kalinya.

Ingin rasanya Edward membawa pulang wanita itu, namun, dokter Lucia mengatakan jika beberapa hari ini, berar badan Lauren kembali mengurus karena wanita itu mengalami tekanan pikiran yang sangat luar biasa.

Tak perlu ditanya kenapa Lauren mengalami tekanan stress itu, kalian sudah pasti tau jawabannya.

Ya, semua itu karena Edward.

Masih segar di ingatan Edward tentang Lauren yang memohon – mohon agar Alan kembali padanya namun Edward menolak tegas permintaan Lauren itu. Potret mata sendu dan kecewa milik wanita itu tak bisa begitu saja dilupakan oleh Edward.

Sebenarnya, Edward sangat ingin mengabulkan keinginan Lauren itu, tapi mengingat adik Alan sangat membutuhkan Alan saat ini maka Edward tak bisa berbuat banyak. Bagaimanapun juga, hubungan darah harus berada di atas hubungan atasan dan majikan

"Lauren..."

Edward menggumamkan nama itu ketika dirinya menatap Lauren dengan balutan baju rumah sakit berwarna biru pucat di tubuhnya. Wanita itu sedang duduk di bangku taman itu dengan kedua tangannya yang memegang kedua sisi bangku taman itu. Posisinya yang sedang membelakangi Edward membuat Edward tak perlu khawatir jika wanita itu memergokinya

Edward menatap tangan Lauren yang semakin mengurus. Seperti tulang yang dibalut oleh daging. Edward marah melihat hal itu dan kemarahannya semakin memuncak saat dirinya mengetahui bahwa pria lain lah yang telah menjadi penyebab semua ini.

Drrt... drrt... drrt...

Getaran ponsel Edward yang sedang berada di saku celananya mengintrupsi Edward dari aktivitasnya. Dengan matanya yang masih tertuju pada Lauren, Edward meraih ponselnya tersebut

"Selamat pagi, sir"

Ah... ternyata itu panggilan dari sekretaris pribadinya. Apakah sekretarisnya itu sudah kembali ke Madrid?

"Ya. Ada apa?"

"Saya ingin mengingatkan kepada anda bahwa hari ini anda harus bertemu dengan nona Carmen. Nona Carmen akan menjelaskan lagi mengenai kemajuan proyek yang kemarin anda tinggal di Bali"

Tangan Edward terulur untuk memijit pelan pangkal hidungnya. Dirinya tidak siap untuk bertemu Claudia

"Baiklah"

"Nona Carmen juga bertanya, anda ingin melakukan pertemuan di restoran mana? Nona Carmen sangat ingin mentraktir anda"

Rahang Edward mengeras. Apakah Claudia sudah salah mengartikan perlakuan lembut Edward kemarin? Mengapa wanita itu berani sekali mengajak Edward untuk makan bersama? Meskipun dia mengatas namakan makan itu sebagai pertemuan bisnis, namun tetap saja Edward merasa tidak nyaman.

Edward tak ingin dirinya kembali diuntit oleh mata – mata ayahnya, kemudian ayahnya akan kembali memukul dirinya.

"Aku sedang sibuk, katakan padanya agar dia datang ke kantor saja" tandas Edward

"Baik, tuan..."

Klik.

Edward memejamkan matanya sebentar untuk meredakan rasa sakit yang tiba – tiba mendera dirinya. Setelah dirinya merasa bahwa tindakannya itu tidak membuahkan hasil apapun, Edward langsung membuka matanya.

Sebuah kernyitan langsung menghiasi dahinya saat dirinya mendapati bangku yang sedari tadi diduduki oleh Lauren sudah kosong melompong. Kemana wanita itu? Apakah wanita itu sudah kembali ke kamarnya?

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang