128. My Man

43.6K 1.2K 183
                                    

Lauren berlari dengan tergesa – gesa di lorong rumah sakit itu. Lauren bahkan menubruk beberapa tubuh perawat yang melwati koridor yang sama dengan koridor itu. Lauren merasakan dadanya bergetar hebat.

"Dad!" panggil Lauren dengan wajah paniknya saat ia melihat ayah Edward tengah berdiri tepat di depan pintu salah satu ruangan VVIP yang ada di rumah sakit ini

"Astaga, Lauren... apa kau baru saja berlari? Kau bisa terjatuh, putriku" ucap ayah Edward khawatir saat ia melihat Lauren terengah – engah

"Bagaimana keadaannya? Dia baik – baik saja, kan?" tanya Lauren khawatir

Ayah Edward tersenyum kecil. Tangan pria itu bergerak untuk mengelus lembut puncak kepala menantu yang sudah dianggapnya seperti putrinya sendiri itu. Sungguh, keputusannya untuk menikahkan Edward dengan Lauren akan tetap menjadi keputusan terbaik yang pernah ia lakukan di dalam hidupnya.

"Dia baik – baik saja. Dia hanya pingsan karena tidak memakan makanannya selama dua hari. Dua hari belakangan ini, ia mencarimu"

Rasa bersalah tiba – tiba menghantam Lauren, setetes air mata keluar dari netra coklat gelap wanita itu.

"Maafkan aku. Seharusnya aku menyempatkan diri untuk berkunjung, aku... aku... perusahaan..."

"Ssssh... Dad tau, semuanya saat ini pasti sangat memberatkanmu kan? Kau tak perlu minta maaf" ucap ayah Edward sembari menghapus air mata yang mulai membasahi pipi Lauren.

"Kau tak perlu menangis lagi, dia pasti akan menyalahkan kekurangannya jika dia tau kau menangis" lanjut ayah Edward dengan suaranya yang sudah bergetar hebat

Dengan sekuat tenaga, Lauren menahan dirinya untuk tidak kembali mengeluarkan air mata. Wanita itu menarik nafasnya dalam dalam dan mengeluarkannya secara perlahan, hal itu berhasil membuatnya sedikit rileks dan air matanya mulai berhenti.

Ayah Edward tersenyum bangga saat melihat Lauren berhasil mengontrol dirinya dengan sangat cepat.

"Dad sudah memutuskan, dad akan kembali mengurus urusan perusahaan selama Edward dirawat. Edward membutuhkanmu di sisinya" ucap ayah Edward sembari menepuk lembut puncak kepala Lauren

"Tap---

"Aku tidak menerima penolakan. Jika kau menolaknya, aku akan sangat sakit hati" ucap ayah Edward sembari berakting marah kepada Lauren

Lauren menarik senyumnya ketika ia mendengarkan ucapan ayah Edward itu. Lauren merasa dirinya sangat beruntung karena ia memiliki ayah Edward disisinya, pria paruh baya itu bahkan mencurahkan seluruh kasih sayang kepada Lauren melebihi kasih sayang yang telah diberikan oleh ayah kandung wanita itu sendiri.

"Terimakasih, dad" ucap Lauren dengan nada suaranya yang mulai bergetar

"Aish... jangan menangis lagi wanita cengeng" ejek ayah Edward sembari tertawa kecil

Kali ini, Lauren tak berhasil menahan dirinya untuk tidak menitikkan air mata. Wanita itu kembali menangis hebat. Tangisannya yang terdengar memilukan mengusik hati ayah Edward.

Pria paruh baya itu kemudian menarik Lauren ke dalam pelukannya. Ia menepuk – nepuk pelan punggung menantunya itu dan membisikkan kalimat bahwa semuanya akan baik – baik saja. Saat pria paruh baya itu merasa bahwa Lauren sudah lebih tenang, pria paruh baya itu pun melepaskan pelukannya.

Tangan ayah Edward yang mulai mengerut itu bergerak untuk menghapus jejak – jejak air mata di wajah cantik menantunya yang terlihat sangat kelelahan itu. Tangan ayah Edward juga bergerak untuk menyelipkan anak – anak rambut Lauren ke belakang telinga wanita itu

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang