77. Promise Me

16.1K 870 82
                                    

Edward melangkahkan kakinya dengan gerakan cepat menuju ke dalam rumahnya. Meskipun wajah tampan nan kokoh milik pria itu terlihat sangat kelelahan, namun hal itu tak menjadi halangan bagi Edward untuk kembali ke rumahnya daripada mencoba menghapus kelelahannya dengan berkunjung ke salah satu sauna yang ada di kota Madrid ini

Edward melangkahkan kakinya yang masih dibalut sepatu pantofel hitam menuju ke dapur luas yang terdapat di rumahnya itu. Disana, Edward bisa menemukan kepala pelayan tengah menyiapkan makanan. Tak perlu bertanyapun, Edward sudah tau bahwa itu adalah makanan milik Lauren

"Biar aku saja yang memberikannya" ucap Edward pada kepala pelayan itu sembari menggulung kemejanya hingga ke sikunya. Jas dan dasi pria itu sudah dilepasnya terlebih dahulu ketika dirinya masih di dalam mobil tadi

"Baik, tuan" ucap kepala pelayan itu patuh sembari memberikan sebuah nampan yang berisi makanan sederhana yang nampaknya masih panas

Di atas nampan itu, hanya terdapat bubur yang dihiasi oleh kentang serta suiran daging ayam, bubur itu ditemani dengan segelas jus jeruk, kentang goreng serta segelas air putih

"Bagaimana dengan obatnya?" tanya Edward saat tak melihat adanya perubahan warna pada air putih yang ada di gelas kaca tersebut

"Anu... saya memutuskan untuk membuang obatnya, tuan" ucap kepala pelayan itu sembari menundukkan kepalanya takut – takut. Ia menanti – nanti kata dipecat dari mulut tuannya itu

"Membuangnya? Kenapa kau membuangnya tanpa memberitahuku terlebih dahulu?" tanya Edward tak suka sembari menatap kepala pelayan itu dengan tatapan marah dan kesalnya

"Maaf tuan... Sebenarnya, saya lupa memberitahukan anda. Dua hari yang lalu... nona Lauren menyentuh nampan makanannya, namun, nona Lauren hanya meminum air putihnya saja. Sesaat setelah meminum air putih itu, nona kejang – kejang dan mulutnya berbusa" jelas kepala pelayan itu sembari menggosok – gosok kecil punggung tangannya yang sudah terasa sangat dingin

"Apa?!? Kenapa kalian tidak memberitahukan hal sepenting ini kepadaku?!?" tanya Edward penuh amarah. Kedua tangan pria itu mencengkram erat ujung nampan perak tersebut hingga urat – urat nadi berwarna kebiruan menonjol dengan nyata di atas punggung tangan pria itu

"Maaf tuan, maafkan atas keteledoran saya... Saya pantas untuk dipecat" ucap kepala pelayan itu tanpa berani menatap Edward

"Ya! Kau memang pantas dipecat! Mulai besok, jangan pernah jejalkan lagi kakimu di rumah ini!" ucap Edward penuh kemarahan

Pria itu membalikkan badannya dengan gerakan dongkol. Baru saja pria itu hendak melangkahkan kedua kaki jenjangnya, namun pertanyaan dari mantan kepala pelayan tersebut membuat pria itu menghentikan langkahnya

"Tuan, maaf jika saya lancang. Apa tidak sebaiknya kita memanggil dokter Lucia? Dokter Lucia adalah dokter yang sudah merawat nona Lauren selama beberapa bulan ini, dokter Lucia pasti bisa membuat keadaan nona Lauren membaik"

Mendengar ucapan mantan kepala pelayan itu, Edward mengeratkan rahangnya. Sungguh, dirinya pun sangat ingin memanggil dokter Lucia ke rumah mereka ini dan menyuruh wanita muda itu untuk merawat Lauren, namun Edward sadar... pecundang sepertinya tak memiliki keberanian untuk memanggil dokter Lucia

Terakhir kali dirinya bertemu dengan dokter Lucia, Edward sudah disindir habis – habisan oleh wanita itu. Jika ia memanggil dokter Lucia dan dokter Lucia melihat betapa parahnya keadaan Lauren saat ini, Edward yakin... wanita itu pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan Lauren dari Edward. Fuck! Edward tak ingin hal itu terjadi

"Dokter Lucia sedang melakukan penelitian penting di Barcelona. Jika ia sudah kembali, aku pasti akan langsung memanggilnya. Apa kau pikir aku juga senang dengan keadaan Lauren saat ini?" dalih Edward dengan nada dinginnya

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang