76. Exaggerated (?)

17.1K 894 88
                                    

"Bagaimana keadaan Lauren? Apa dia baik – baik saja? Apa dia sudah makan? Bagaimana dengan mandi?" tanya Edward beruntun saat panggilan yang berasal dari ponselnya sudah terhubung dengan kepala maid yang ditugaskannya untuk bekerja di dalam rumahnya

"Maaf, tuan..." ucap kepala maid itu dengan penuh penyesalan

Edward menghela nafasnya dengan kasar. Pria itu menjatuhkan punggungnya dengan kasar ke atas sandaran empuk kursi kebesarannya

Tangannya bergerak untuk memegang kepalanya yang terasa berdenyut – denyut.

"Baiklah... siapkan makan malam kesukaan Lauren, nanti malam... aku sendiri yang akan mengantarkannya kepada Lauren" putus Edward sembari menutup matanya yang terasa sangat lelah

"Baik, tuan.... Tapi... kami tidak mengetahui makanan kesukaan nona" ucap kepala maid itu dengan jujur

Edward mengernyitkan dahinya binggung. Bagaimana bisa para pelayan itu tidak tau makanan kesukaan nonanya sendiri?

"Apa kau sedang bercanda? Bukannya kau dan para maid lainnya yang selalu menyiapkan makanan? Bagaimana bisa kalian tidak mengetahui makanan kesukaan nona kalian sendiri?" tanya Edward sembari berusaha keras untuk mengontrol emosinya

"Maafkan kami, tuan... tapi kami semua memang tak tau apa makanan kesukaan nona. Selama ini, nona hanya makan apa yang kami sediakan dan tak pernah menuntut makanan apapun dari kami"

"Bagaiamana dengan tuan? Apa tuan tau makanan kesukaaan nona?" tanya kepala maid itu lancar

Shit!

Edward mengetatkan rahangnya dalam – dalam. Apa yang harus dikatakannya pada kepala maid itu? Apa Edward harus berkata jujur dan mengatakan bahwa dirinya tak tau apa makanan kesukaan istrinya sendiri?

Double shit!

Bagaimana bisa Edward menuntut kepala maid itu untuk tau makanan kesukaan Lauren, sedangkan dirinya sendiri saja tidak mengetahui makanan kesukaan wanita itu.

Ah tidak tidak... Edward tau. Dulu, saat mereka masih SMA, wanita itu sangat suka memakan sup kepiting, tapi... Edward tak tau, apakah saat ini makanan favorit wanita itu sudah berubah atau masih tetap sama. Namun, Edward yakin, wanita itu sudah tidak menyukai sup kepiting lagi. Edward bisa menyimpulkan hal itu karena dirinya tak pernah lagi melihat wanita itu memakan sup kepiting

"Tuan?"

Suara di ujung panggilan itu menyentak Edward

"Kalau begitu, kalian siapkan saja makanan seperti biasa. Aku akan pulang lebih cepat malam ini" putus Edward

"Baik tuan"

Tut

Panggilan diputuskan oleh Edward secara sepihak. Setelah panggilan itu terputus, Edward langsung menutup matanya dan memijat – mijat pelan kepalanya yang terasa sangat berdenyut – denyut

Sungguh, kejadian beberapa hari belakangan ini berhasil menyita seluruh konsentrasi Edward dari pekerjaannya. Saat ini, Edward dihadapkan dengan para media yang sangat haus dengan berita mengenai kehidupan rumah tangganya dan Edward juga dihadapkan pada istrinya yang kembali menderita anxiety karena Edward mengurungnya di dalam ruangan gelap itu

Tok. Tok. Tok.

Ketukan di pintunya menyentak Edward dari rasa stress yang tiba – tiba menyergap kepalanya. Ia menatap monitor kecil di atas mejanya yang memantau siapa saja yang berada di depan pintu ruangannya. Dan, Edward bisa melihat sekretaris pribadinya sedang berdiri disana. Tanpa menunggu waktu lama, Edward langsung menekan tombol yang membuat pintu ruangannya terbuka otomatis

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang