104. Don't Fall In Love Again

15.3K 740 31
                                    

Lauren menekuk kakinya tinggi – tinggi, hingga wanita itu bisa meletakkan kepalanya di atas kedua lututnya. Tangan kiri wanita itu bergerak untuk memegang cincin pernikahannya yang kini sudah menjadi hiasan bandul dari kalung yang dikenakanannya selama beberapa bulan belakangan ini.

Acara hiburan infotainment yang sedang ditampilkan pada layar lebar yang ada di hadapan Lauren tak bisa mengahlihkan pikiran Lauren dari kejadian tempo hari.

Lauren menghela nafasnya dengan kasar. Jika ia tetap seperti ini, bisa – bisa pikirannya kembali kacau dan ia akan kembali masuk ke dalam lubang hitam menyeramkan itu. Tidak! Lauren tidak mau!

Bub. Bub. Bub.

Lauren memukul – mukul pelan kepalanya dengan harapan dirinya dapat melupakan wajah sialan calon mantan suaminya itu.

Lauren terus melakukan tindakan tidak bergunanya itu hingga akhirnya suara bel rumahnya menyentak dirinya. Lauren langsung menegakkan punggungnya dan menatap pintu kayu rumahnya dengan rasa takut dan antisipasi yang luar biasa.

Saat ini, Lauren hanya sendirian di rumah. Lucia sudah kembali bekerja karena wanita itu telah merasa lebih baik dan jadilah Lauren hanya sendirian disini. Mysha yang biasanya menjadi teman kecil Lauren pun tak mengunjungi Lauren karena gadis kecil itu nampaknya takut karena kejadian di pasar malam tempo hari.

Dengan langkah penuh antisipasi, Lauren melangkahkan kedua kaki jenjangnya mendekati pintu itu. Tak lupa, salah satu tangan wanita itu kini sudah dihiasi dengan sebuah gelas kaca.

Krek.

Lauren menarik pintu kayu itu dengan sangat hati – hati menggunakan tangan kirinya, sedangkan tangan kanan wanita itu sudah mengangkat gelas kacanya tinggi – tinggi. Lauren sudah optimis untuk membenturkan gelas kaca itu ke atas kepala si pemencet bel jika saja suara teriakan tertahan itu tidak datang.

"Nona!"

Deg.

"Lucia?!?"

Lauren mengerjapkan matanya beberapa kali dan menatap terkejut ke arah Lucia yang ternyata juga memberikan tatapan terkejutnya kepada Lauren. Tangan kanan Lauren yang sudah terangkat tinggi langsung bergerak turun

"Apa yang kau lakukan disini? Bukankah kau sedang bekerja di rumah sakit?" tanya Lauren terkejut

"Seharusnya aku yang bertanya kepada nona, apa yang nona lakukan? Nona bisa saja menakuti pengantar susu murni yang datang tiap minggu" ucap Lucia tak percaya sembari menggelengkan pelan kepalanya berulang – ulang

Lauren terkekeh kikuk. Seketika, Lauren menyalahkan dirinya sendiri yang sudah bertindak terlalu khawatir. Edward mana mungkin datang ke rumah ini dan menemui Lauren, dibandingkan melakukan hal tak berguna seperti itu, bukankah akan lebih baik jika Edward tetap bersama Claudia dan memadu kasih bersama calon istrinya itu?

Hah...

Memikirkan hal itu membuat mood Lauren seketika terjun bebas.

"Nona... apa ada sesuatu yang sedang menganggu pikiranmu?" tanya Lucia hati – hati ketika ia menyadari perubahan ekspresi pada wajah Lauren

Lauren yang mendapatkan pertanyaan seperti itu sontak langsung menyunggingkan senyuman kecilnya dan menggelengkan pelan kepalanya.

"Aku tak apa – apa"

Lauren berbohong lagi. Tapi tak apa, Lauren berbohong untuk kebaikan kesehatan Lucia. Lauren tak ingin membuat beban pikiran wanita itu semakin bertambah, apalagi sekarang wanita itu tengah mengandung.

"Baikah, kalau begitu aku akan mengambil beberapa dokumen pasienku yang tertinggal" ucap Lucia sembari tersenyum

Mendengar hal itu, Lauren langsung menggeser tubuhnya sehingga Lucia dapat masuk ke dalam. Lauren tetap berdiri di dekat pintu selama Lucia memasuki kamarnya dan mengambil dokumennya yang tertinggal. Bahkan sampai Lucia keluar dari kamarnya pun, Lauren tetap berdiri di tempatnya.

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang