37. Good Night, Lauren

16.3K 960 23
                                    

Byurrr!!!

Edward menjatuhkan dirinya ke dalam air kolam privatnya yang terlihat sangat tenang. Hari ini adalah hari pertamanya sampai di Bali, namun, hari ini juga adalah hari tersibuknya. Sangking sibuknya, Edward bahkan tidak sempat untuk sekedar mandi, padahal bau badan Edward sudah menguar kemana – mana, untung saja Edward tak lupa membawa parfum, sehingga dirinya dapat menyamarkan bau badannya itu.

Air kolam privat yang terasa menusuk tulang itu tak membuat Edward berhenti untuk berenang di kolam itu. Satu kali, dua kali, tiga kali, tujuh kali, tak terkira sudah berapa kali Edward berenang bolak – balik di kolam itu.

Edward mengusap wajahnya dengan kasar saat dirinya merasa bahwa dirinya harus menghentikan aktivitas berenangnya itu.

22.15.

"Sudah semalam ini, pantas saja airnya terasa sangat dingin" gumam Edward saat matanya tanpa sengaja menatap sebuah jam digital yang bergantung dengan manis di dinding kamar hotelnya.

Tangan Edward meraih sebuah handuk dan menggosokkan handuk itu dengan kasar ke surai hitamnya yang bisa dibilang lumayan panjang untuk kalangan pria.

Karena tak ingin dirinya kembali terserang flu, Edward langsung mengganti pakaiannya yang telah basah dengan sebuah piyama satin lembut berwarna hitam yang sudah disiapkan oleh sekretaris pribadinya. Piyama yang tadinya berada di dalam kopernya kini sudah tersusun di lemari yang ada di hotel itu. Tak hanya piyama, seluruh isi kopernya itu juga sudah meninggalkan kopernya dan tersusun rapi di dalam kamar hotelnya itu.

Setelah selesai mengganti pakaiannya, Edward langsung merebahkan dirinya di atas kasur yang terlihat sangat besar itu. Bahkan sangking besarnya, Edward yakin bahwa jika dirinya dan Lauren berada di atas kasur itu, kasur itu masih menyisakan banyak tempat. Mungkin, kasur itu tidak akan menyisakan tempat lagi jika Edward dengan Lauren serta anak – anak mereka tidur di atas kasur itu.

Deg.

Edward menggelengkan kepalanya pelan dan terkekeh kecil. Bagaimana bisa ia membayangkan hal menggelikan seperti itu?

Tangan Edward terulur untuk mengambil sebuah buku yang telah tersusun di meja yang berada di samping kasur itu. Trik Menjadi Aktor yang Ekspresif.

Srek.

Edward membuka lembaran buku itu. Meskipun saat ini tak ada lagi kesempatan bagi Edward untuk menjadi seorang aktor, tapi Edward tak bisa menghilangkan kebiasaannya untuk membaca buku – buku seperti itu sebelum tidur.

Srek... srek... srek...

Lembar demi lembar dibaca Edward dengan cermat dan cepat. Tak terasa, kini, Edward telah sampai di lembar terakhir buku itu.

Bugh!

Edward menutup buku itu dengan kasar sembari menghela napasnya dengan kasar. Biasanya, dia akan mudah merasa mengantuk jika dirinya sudah selesai membaca buku – buku seperti itu, namun mala mini, mengapa terasa berbeda? Apa mungkin karena Edward masih belum bisa mengadaptasikan dirinya dengan kota Bali ini?

Edward menghela napasnya dengan kasar, lagi.

Edward tau betul jika bukan itu alasan dirinya tidak dapat merasa mengantuk. Satu – satunya alasan yang membuat mata Edward sampai saat ini tak tertarik untuk tertutup adalah Lauren. Ya, Edward sedang memikirkan Lauren, istrinya yang sangat kejam kepada para wanita itu!

Apa yang sedang dilakukan oleh Lauren? Apakah wanita itu sudah makan? Apakah wanita itu tidak bisa tidur karena merasa asing dengan kamarnya? Apakah wanita itu merasa kesepian?

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang