87. A Strong Woman

14.2K 812 88
                                    

Michelle melangkahkan kakinya mendekati Lucia yang saat ini sedang duduk di kursi yang ada tepat di depan ruangan intensif, ruangan tempat Lauren dirawat.

Hari ini adalah hari ke 14 sejak Lauren dinyatakan koma oleh dokter dan selama 14 hari ini, wanita itu tak menunjukkan tanda – tanda bahwa dirinya ingin bangun dari tidurnya yang menakutkan itu. Dan selama 14 hari juga, baik Lucia dan Michelle tak pernah meninggalkan Lauren.

"Ini, minuman" tawar Michelle sembari sembari menyodorkan sebotol air mineral ke hadapan Lucia

Lucia mengangkat kepalanya, ia menatap botol air mineral itu dan meraihnya.

"Terimakasih" ucap Lucia pelan

Bisa dibilang, saat ini Lucia mulai membuka dirinya untuk bersahabat dengan Michelle. Setelah dipikir – pikir, Michelle yang sudah menyadari sepenuhnya kesalahan yang sudah diperbuatnya tak bisa terus – menerus disalahkan atas kejadian yang telah menimpa Lauren.

Bagaimanapun juga, ini semua sudah ditakdirkan oleh Tuhan, menyalahkan sesama manusia pun tak akan bisa mengubah apapun.

"Jika kau lelah, kau bisa beristirahat. Aku akan menunggumu disini" tawar Michelle lagi ketika ia mendapati kantung mata Lucia yang sudah menghitam.

Sungguh, wanita itu sangat loyal kepada nonanya. Sedetikpun, wanita itu tak mau beranjak dari kursi ini. Wanita itu selalu menatap ke arah pintu ruangan intensif itu dan selalu mencerca para dokter yang keluar dari pintu itu dengan pertanyaan yang sama.

Apakah Lauren sudah bangun?

"Tak apa, aku masih kuat" ucap Lucia sembari membuka tutup botol air mineral itu dan menegak air mineral yang berada di dalam botol transparent itu dengan pelan.

Michelle menghela nafasnya dengan kasar. Seharusnya ia sudah tau jika Lucia pasti akan menolak tawarannya itu lagi, sama seperti sebelum – sebelumnya.

"Aku ingin menanyakan sesuatu tentang Lauren, tapi kau boleh tidak menjawabnya karena hal ini mungkin terdengar pribadi" ucap Michelle hati – hati sembari menatap wajah Lucia dari samping

"Jika aku mampu menjawabnya, maka akan kujawab" ucap Lucia ringan

"Apa Lauren tak memiliki keluarga?" tanya Michelle serius

Glek.

Lucia menegak air mineral yang sebelumnya sudah mengisi mulutnya dengan gerakan kasar. Setelah ia menegak air mineral itu, tangannya langsung bergerak untuk menutup botol air mineral itu.

"Ah, jika kau tak mau menjawab juga tak apa – apa. Aku hanya penasaran dan binggung saja. Ini sudah hari ke 14 sejak Lauren masuk rumah sakit, tak mungkin kan keluarganya tidak mengetahui hal ini" ucap Michelle kikuk sembari tersenyum kecil

Untuk beberapa saat, Lucia diam. Ia bahkan mempertanyakan pertanyaan yang sama. Apakah Lauren memang benar – benar memiliki keluarga yang memperdulikannya?

"Nona punya keluarga, namun sepertinya... mereka tidak mengkhawatirkan nona" ucap Lucia pedih sembari menundukkan kepalanya. Bayangan tentang betapa hancurnya kesehatan psikis Lauren karena keluarganya membuat mata Lucia kembali memanas

"Baik dari keluarga asalnya?"

"Keluarga asalnya sudah hancur sejak lama. Saat nona masih duduk di bangku Senior High School, Ibu nona mati terbunuh di depan matanya oleh selingkuhan ayahnya dan ayahnya serta selingkuhannya memilih untuk pergi meninggalkan Lauren bersama dengan mayat ibunya" cerita Lucia dengan nada bicaranya yang sudah bergetar

Michelle mengangkat kedua alisnya terkejut. Sungguh, ia tak menyangka jika Lauren sudah mengalami kejadian memilukan seperti itu di umurnya yang masih sangat belia

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang