30. Our Morning

20.1K 937 15
                                    

Rasa pening yang bertubi – tubi memaksa Edward untuk bangun dari tidur nyenyaknya. Saat pertama kali membuka matanya, dirinya langsung dikejutkan dengan dinding berwarna abu – abu. Edward yakin, kamar ini bukan miliknya! Dinding kamar Edward berwarna hitam, bukan abu – abu.

Edward memegang kepalanya yang terasa sangat pening dan memijitnya pelan. Ah, semua ini pasti karena si mata keranjang tuan Callo itu! Sialan sekali! Mengapa pria itu berani – beraninya tetap menuangkan red wine ke gelas Edward, padahal Edward sudah jelas – jelas menolak minuman itu!

Edward bangkit dari tidurnya dan menyandarkan punggung kekarnya di dinding kamar itu. Tangannya masih tetap memijit – mijit pelan kepalanya yang terasa sangat pusing

Edward menyipitkan matanya saat melihat kondisi kamar ini. Kamar ini tidak asing. Kamar ini seperti kamar istrinya, Lauren.

Tunggu... tunggu... tunggu...

Apakah saat ini Edward tengah berada di kamar Lauren?

Mata Edward langsung bergerak menginvasi kamar itu dan tatapannya langsung berhenti saat melihat Lauren tengah tertidur di atas sofa yang berada di kamar itu dengan posisi meringkuk seperti bayi. Wanita itu tidur tanpa selimut maupun bantal.

Cantik.

Senyum Edward muncul saat melihat kecantikan natural yang dipancarkan oleh istrinya itu. Sangking terpukaunya dengan wajah cantik itu, Edward tak sadar jika dirinya telah bangkit dari tempat tidur Lauren dan berjalan menuju ke sofa itu.

Saat berada di hadapan sofa itu, Edward menjongkokkan dirinya agar dirinya dapat menikmati wajah cantik Lauren dengan leluasa

"Cantik, seperti biasanya" ucap Edward tulus

Tanpa diperintah, tangannya langsung bergerak dengan pelan untuk menyingkirkan rambut – rambut nakal milik Lauren yang menutupi wajah cantik itu.

Dahi Edward langsung mengernyit saat dirinya menatap mata Lauren yang membengkak. Tak hanya itu, Lauren juga memiliki kantung mata yang menghitam. Apa yang telah terjadi pada istrinya itu?

"Apa aku membuatmu menangis lagi?" tanya Edward sendu

Edward langsung menarik tangannya dari wajah Lauren dan mengepalkan tangannya dengan keras. Edward merasa, dirinya sudah gagal menjadi seorang suami. Bagaimana bisa ia menjadi alasan wanita itu menangis? Bagaimana bisa ia membuat orang yang mencintainya menangis?

"Maafkan aku, Lauren. Andaikan waktu bisa diulang, aku dan kau mungkin akan memiliki takdir yang berbeda. Seharusnya saat itu aku meraih cita – citaku. Jika aku meraih cita – citaku, kau tak perlu terbelenggu dengan rasa sakit ini" ucap Edward pelan

"Kau cantik dan memiliki hati yang baik, kau begitu sempurna. Sayangnya, aku bukanlah pria yang pantas untuk menikmati kesempurnaan itu" ucap Edward sambil tersenyum kecil

"Ketika waktu itu tiba, aku akan melepaskanmu dengan sepenuh hatiku"

Edward tetap memandang wajah cantik nan tenang itu dengan lamat – lamat. Entah kenapa, Edward selalu mendapatkan ketenangan saat melihat wajah cantik itu tengah tertidur seperti ini.

Saat dirinya asyik mengamati wajah tenang milik Lauren, tiba – tiba Edward merasakan perutnya bergejolak hebat. Rasa mual langsung mendera dirinya. Dengan gerakan cepat, Edward bangkit dari posisi dan berlari kecil ke kamar mandi yang berada di kamar Lauren.

"Hueekk..."

Edward memuntahkan semua isi perutnya dengan sengsara. Bagaimana ia tidak sengasara, jika yang keluar dari mulutnya bukan makanan yang telah dimakannya, melainkan liur.

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang