103. Let's Go, Lauren

15.6K 797 76
                                    

Edward menarik tangan istrinya dengan gerakan tergesa – gesa, ia tak memperdulikan tangisan seorang anak perempuan yang ada di dalam gendongan istrinya.

Tak!

Tanpa diduga – duga, istrinya itu langsung menghempaskan tangan mungilnya dengan kuat sehingga tangan mungil itu bisa terlepas dari tangan kekar Edward. Sontak saja hal itu membuat Edward terkejut, dengan cepat, pria itu memutar tubuhnya dan menatap istrinya yang berada beberapa langkah dibelakangnya.

Istrinya menatapnya dengan tatapan benci yang sangat luar biasa dan sungguh... hal itu membuat Edward semakin membenci dirinya sendiri.

Edward mengeraskan rahangnya, tanpa mengatakan apapun, pria itu kembali menjulurkan tangan kekarnya untuk mengenggam tangan mungil istrinya, namun ia kalah cepat karena istrinya itu langsung menarik tangannya dan menyembunyikannya dari jangkauan Edward.

"Tuan Dominguez! Hentikan!" sentak Lauren tak suka

Sebuah kernyitan tak suka langsung menghiasi dahi mulus Edward ketika ia mendengar ucapan Lauren tersebut. Bagaimana bisa istrinya itu memanggil dirinya dengan sebutan formal.

"Kenapa nyonya Dominguez? Setelah kau meninggalkanku dan membuatku seperti orang gila karena mencarimu, sekarang kau ingin meninggalkanku lagi? Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu meninggalkanku lagi!" ucap Edward dingin

Lauren menatap Edward frustasi ketika ia mendengar ucapan Edward tersebut.

Meninggalkanku?

Apa pria itu sudah lupa ingatan? Bukannya sudah sangat jelas jika ia yang sudah meninggalkan Lauren? Pria itu menyuruh Lauren untuk menjaga cintanya pada pria tersebut, namun pada malam itu, pria itu bahkan tak menolehkan sedikitpun kepalanya ketika ia meninggalkan Lauren. Pria itu seolah – olah tak ingin membiarkan sebuah harapan muncul dan bertumbuh lagi dalam diri Lauren

"Sepertinya kau memang sudah benar – benar gila. Apa kau lupa jika kau yang meninggalkanku?"tanya Lauren dengan emosinya yang sudah memuncak – muncak

Edward mengepalkan kedua tangannya erat – erat ketika ia mendengar pertanyaan Lauren tersebut.

"Sudah sadar? Kalau begitu, jangan pernah temui aku lagi!"

"Lau---

"Hidupku baik – baik saja saat kau tidak ada disisiku. Aku tak pernah sebahagia ini dalam hidupku! Sekarang aku sadar, menghabiskan waktu selama bertahun – tahun bersamamu hanya membawaku ke jurang kematian!"

"Lauren, kenapa kau mengatakan hal itu? Bukannya dulu kau mengatakan jika aku adalah sumber kebahagiaa---

"Itu dulu!" potong Lauren dengan suaranya yang sudah meninggi

Edward menatap lekat kedua mata biru Lauren yang sudah mulai berkaca – kaca. Ia mencoba mencari – cari keteguhan di kedua mata biru yang sangat disukainya, namun ia tak menemukannya.

Hati Edward bersorak bahagia. Pria itu masih memiliki tempat di hati Lauren.

"You lie..." lirih Edward sembari menatap lembut kedua mata biru Lauren

Mata Lauren semakin berkaca – kaca ketika ia mendengar lirihan Edward tersebut. Dengan cepat, Lauren mengahlihkan pandangannya dari Edward yang sedang memberikan tatapan lembutnya kepada Lauren.

Lauren menggigit bibir bawahnya dalam – dalam. 

Ia tidak boleh jatuh lagi untuk pria itu. Tidak boleh.

"Lauren... Look at me" ucap Edward lembut dengan tangannya yang sudah bergerak memegang dagu Lauren

Dengan gerakan sangat hati – hati, Edward menggerakkan dagu itu agar ia bisa kembali menatap seluruh wajah wanita yang sangat dirindukannya itu.

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang