88. I Want to Wear My Wedding Ring

14.7K 750 130
                                    

Lauren membuka matanya secara perlahan. Setelah kembali dari bangunnya sebelumnya, dirinya kembali harus tertidur karena obat bius yang diberikan oleh dokter yang pertama kali dilihatnya.

Lauren bertanya – tanya dalam hatinya, kenapa saat dirinya sudah berhasil menghirup udara, dirinya harus kembali melupakan rasa manis udara itu?

Lauren tak terlalu terkejut saat melihat ruangan yang saat ini tengah ditempatinya karena otak Lauren masih mengingat dengan jelas hal yang terjadi sebelum dirinya kehilangan kesadarannya.

"Nona... anda baik – baik saja?"

Lauren mengerjapkan matanya beberapa kali saat dirinya mendengar suara yang sangar dikenalinya itu. Matanya bergerak dengan pelan ke sumber suara tersebut.

Lucia! Itu Lucia!

Lauren bisa melihat wajah pucat wanita itu, mata wanita itu membengkak, sepertinya wanita itu tak pernah berhenti menangis.

"Nona, apa ada sesuatu yang sakit?" tanya Lucia dengan nada bicaranya yang sudah bergetar hebat. Mata wanita itu bergerak untuk memperhatikan seluruh wajah Lauren, ia mencari – cari raut wajah menahan sakit yang biasanya dilakukan oleh nonanya itu

Ujung bibir Lauren terangkat, ia tersenyum kecil. Ternyata dirinya tidak sendirian di dunia ini.

"Ha... us..." gumam Lauren sekuat tenaga sembari menahan rasa sakit yang tercipta di lehernya setiap dirinya mengucapkan kata itu. Mungkin, rasa sakit itu tercipta karena leher Lauren kering dan tidak dilalui oleh air selama beberapa hari belakangan ini

Lucia yang mendengar hal itu langsung bergerak cepat untuk meraih gelas berisi air putih yang ada di dekatnya. Dengan menggunakan sedotan berwarna putih yang terdapat di dalam gelas itu, akhirnya Lauren bisa memuaskan dahaganya.

Lauren meneguk air putih itu secara perlahan hingga akhirnya setengah isi gelas kaca itu tandas.

"Terimakasih..." ucap Lauren sembari tersenyum kecil. Kini, Lauren tak merasakan tenggorokannya terasa tercekat lagi

"Ini sudah menjadi tugasku, nona" ucap Lucia sembari tersenyum

Bugh!

Suara benda yang terjatuh dengan kasar menyentak Lauren dan Lucia. Lucia langsung menolehkan pandangannya dan ia mendapati sosok pria yang selama ini menemaninya tengah menatap ke arah Lauren dengan tatapan terkejut dan haru

Lauren menatap sosok pria itu dari ujung matanya. Dahi wanita itu sedikit mengerut ketika dirinya merasa familiar dengan sosok pria tersebut

"Michelle! Kau merusak buahnya..." sentak Lucia tanpa rasa emosi sedikit pun, wanita itu tak ingin membuat nonanya merasa tidak nyaman dengan keributan yang mungkin akan diciptakan oleh wanita itu jika wanita itu membiarkan emosi menguasai dirinya sendiri.

Lauren mengerjapkan matanya beberapa kali.

Ah, Michelle! Lauren ingat pria itu, namun... kenapa pria itu bisa berada disini?

"Oh my goodness! Lauren... apa kau bisa melihatku?" tanya Michelle haru sembari melangkahkan kakinya mendekati ranjang Lauren.

"Ya..." jawab Lauren sembari tersenyum kecil.

Entah kenapa, wanita itu merasa bahagia saat mendapatkan perhatian – perhatian ini. Mungkin, hal itu karena dulu, Lauren tak pernah mendapatkan perhatian seperti ini ketika dirinya sedang sakit.

Semua perhatian ini membuat Lauren merasa diinginkan di dunia ini.

"Apa kau ingin makan sesuatu? Kau tak perlu sungkan kepadaku, apa kau ingin sushi? ramen? Aku bisa membelinya langsung dari Jepang untukmu" ucap Michelle haru. Sungguh, ia tak menyangka jika akhirnya kedua kelopak mata Lauren kembali terbuka.

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang