21. Rose oh Rose

20.1K 921 5
                                    

"My baby Rose... apa kau menginginkan apartemen baru, eumh?" tanya seorang pria bertubuh tambun yang sedang memangku tubuh sintal Rose di atas pahanya.

Rose menampilkan senyum centilnya. Kedua tangannya langsung terulur untuk memeluk leher pria yang nampaknya sudah memiliki usia yang sama dengan kedua orang tuanya.

"Kalau aku menginginkannya, apakah sayang akan memberikannya?" tanya Rose dengan tatapan menggodanya

Pria itu terkekeh geli saat mendengar pertanyaan Rose yang nampaknya tak perlu dijawabnya. Pria itu sudah menawarkan apartemen kepada Rose pertama kali, itu berarti kalau pria itu memang akan memberikannya kepada Rose jika Rose menginginkannya bukan?

"Tentu saja, baby" ucap pria itu sambil mencium gemas bibir tebal Rose yang telah dilapisi lipstick matte berwarna merah terang

"Terimakasih. Tapi, daripada apartemen baru... aku lebih suka jika sayang memberikanku uang" ucap Rose sambil mengerucutkan bibirnya

"Baiklah, baiklah. Kau butuh berapa, eumh? Aku akan mentransfernya langsung ke rekening Jandro" ucap pria itu sambil tersenyum lebar.

Tidak!

Rose langsung menegak ludahnya dengan kasar saat mendengar ucapan pria yang tengah membookingnya malam ini. Rose tau betul, Jandro pasti akan memotong tiga per empat jumlah uang yang dikirimkan oleh pria itu. Saat Rose bertanya mengapa Jandro melakukannya, Jandro pasti akan menjawab jika dia melakukan itu demi kebaikan Rose.

Cih! Kebaikan apanya?

Rose yang telah lelah menjajahkan tubuhnya kepada para pria hidung belang, namun Jandro juga ikut menikmati hasil keringatnya dengan cuma – cuma. Sejak awal Jandro memutuskan untuk menjadi manajernya, Rose sudah mengamati hal ini, jumlah uang yang ditransfer oleh para prianya tidak pernah sesuai dengan jumlah uang yang diberikan oleh Jandro kepadanya.

Ingin rasanya Rose memaki pria itu dan meminta uangnya yang tak bisa dibilang sedikit itu untuk kembali kepadanya. Namun, Rose ingat, ia tidak akan bisa mendapatkan segala kemewahan yang dinikmatinya saat ini jika bukan karena bantuan Jandro. Hal itulah yang selalu menjadi pengingat bagi Rose untuk tetap menghormati Jandro.

"Ah, tidak – tidak. Aku lebih suka uang cash" ucap Rose sambil tersenyum menggoda

Well, dibandingkan para prianya mengirim uang kepada Jandro, Rose lebih suka jika para prianya langsung memberikannya uang tunai secara langsung. Biasanya, Jandro tidak akan mengusik uang – uang tunai itu. Walaupun jumlah uang tunai yang diberikan oleh para prianya jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah uang tunai yang biasanya mereka kirim kepada Jandro, tapi Rose sudah merasa senang dan tenang. Setidaknya, dia bisa hidup tanpa takut kelaparan

"Benarkah?"

"Ya, tapi jangan beritahu Jandro..." ucap Rose pelan dan sensual di telinga pria itu

Pria itu tertawa dan menggangguk – anggukan kepalanya dengan semangat.

"My Rose..."

Suara yang terdengar halus dan maskulin itu menyentak Rose yang sedang bermanja – manja dengan pria yang sebenatar lagi akan memberikannya pundi – pundi uang. Raut wajah jengkel langsung menghiasi wajah wanita itu saat mendengar suara itu, namun dengan secepat mungkin, Rose langsung menarik sebuah senyuman di wajahnya.

"Ya, Jandro?" tanya Rose sambil menatap Jandro yang tengah tersenyum tenang ke hadapannya

Awal bertemu dengan Jandro, Rose pernah jatuh hati dengan ketampanan dan sikap lembut Jandro. Bahkan, ia rela memberikan mahkota yang paling berharga dari dalam dirinya untuk Jandro. Dia mengira, dengan memberikan hal itu, Jandro akan terikat kepadanya.

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang