34. The First Time I Met Her

17.5K 927 21
                                    

Edward menyandarkan punggungnya dengan nyaman di tembok kamarnya. Tangannya saat ini sedang menggeggam sebuah jepit rambut berwarna perak yang berbentuk seperti bunga. Sebuah senyum kecil tak pernah lepas dari wajahnya.

Tadi, Edward berniat untuk menemui Lauren dan mengatakan kepada istrinya itu bahwa koki di rumah mereka telah menyiapkan makanan untuk Lauren di meja makan. Namun, niat Edward itu langsung menghilang saat Edward tanpa sengaja menatap Lauren tengah makan di dapur.

Lauren saat itu terlihat sangat bebas dan tidak terkekang. Duduk di atas meja saat sedang menikmati makanan bukanlah attitude yang pantas untuk istri dari seorang pebisnis muda nan sukses yang sering wara – wiri memenuhi cover majalah Forbes.

Namun, entah kenapa, Edward tidak merasa kesal saat melihat tingkah Lauren itu. Karena, sosok itulah yang merupakan sosok Lauren yang asli. Sosok yang polos, mudah tersenyum, apa adanya dan sedikit tidak perduli dengan keadaan di sekitarnya. Edward sadar, sekuat apapun dirinya menekan sosok itu, sosok itu tak akan pernah menghilang dari dalam diri Lauren.

Ah... memikirkan hal itu membuat Edward teringat dengan pertemuan pertamanya dengan Lauren.

F L A S H B A C K   O N

"Edward, mau ikut nggak?"

Itu suara Fransisco Troy Culles - Sivan, salah satu sahabat Edward semasa dirinya duduk di bangku senior high school.

"Kemana?" tanya Edward sambil mendongakkan wajahnya dari buku yang sedang dibacanya

"Lihat adik kelas baru dong!" ucap Fransisco sambil tertawa dan menaik – turunkan alisnya

Edward mendengus kesal saat mendengar ucapan Fransisco itu. Seharusnya, Edward sudah dapat menebak hal itu. Sahabatnya itu, Fransisco, sangat terkenal dengan sifat playboynya. Mulai dari perempuan setingkat, dibawah tingkat, diatas tingkatnya, semua dapat ditaklukkan oleh Fransisco. Dan menurut rumor yang beredar, saat ini Fransisco tengah berusaha untuk mendapatkan hati salah satu guru pengajar mereka. Gila memang

"Untuk apa?" tanya Edward malas sambil kembali menatap bukunya. Buku yang berjudul 1001 Cara Menjadi Aktor yang Baik.

"Tentu saja untuk diajak berkenalan! Come on dude! Kenapa kau bereaksi semalas itu? Jika kau tidak semalas ini, mungkin saat ini kau sudah bersaing denganku untuk memperebutkan gelar Playboy seantero Yoke High School" canda Fransisco

Apa yang dikatakan oleh Fransisco itu memang benar, Edward adalah salah satu siswa yang sangat populer di sekolahnya, Yoke High School. Edward berhasil memukau banyak orang dengan ketampanannya, kepintarannya di bidang ekonomi dan di bidang football, serta kemahirannya dalam berakting. Dengan segala spesifikasi – spesifikasi itu, tentu saja banyak siswi – siswi yang berlomba – lomba untuk mendapatkan hati Edward dan menjadi pacar pria itu. Namun, Edward tak pernah ada berkeinginan untuk menjadikan salah satu dari siswi – siswi itu sebagai pacarnya. Dibandingkan berpacaran, Edward lebih suka membaca buku – buku dan mengasah kemampuan aktingnya.

"Sorry not sorry, gelarmu itu tak ada bagus – bagusnya untuk dipamerkan" ucap Edward kesal

Ucapan Edward itu dibalas dengan sebuah kekehan tak jelas dari Fransisco.

"Oh... ayolah! Satu kali ini saja! Kudengar, ada adik kelas yang sangat cantik dan sexy! Bahkan kesexyannya setara dengan kesexyan alumni kita tahun lalu" jelas Fransisco bersemangat

"Ck... Fransisco, kita ini sudah berada di tingkat akhir. Apakah kau tidak berniat untuk belajar dan menggapai mimpimu? Kenapa kau malah menghabiskan waktumu dengan perempuan – perempuan itu" ucap Edward kesal

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang